Kabarnanggroe.com, KOTA JANTHO — Enam sanggar seni meriahkan Dialog Seniman dan Pentas Seni Tradisi Aceh Besar Tahun 2025 yang digelar selama dua hari, 5-6 Desember 2025, di Pentas Aula Gedung PKK Kota Jantho. Kegiatan yang digelar Dewan Kesenian Aceh (DKA) Aceh Besar dan Diskdikbud Aceh Besar ini menjadi ajang apresiasi sekaligus ruang ekspresi bagi para pelaku seni tradisi untuk mempertahankan kekayaan budaya di Aceh Besar.

Ketua Panitia Pelaksana, Muzakkir RA, yang akrab disapa CikBoy, mengatakan bahwa kehadiran keenam sanggar tersebut memberikan warna tersendiri dalam agenda dialog seniman tahun ini. “Peserta dialog bukan hanya mendengar teori dari para narasumber, tetapi juga langsung menyaksikan ragam seni tradisi di Aceh. Ini penting untuk menjaga kesinambungan pelestarian budaya,” ungkapnya.
Tampil perdana, Sanggar Seueng Samlakoe menghadirkan tradisi Cae Aceh, yakni seni tutur berbait yang sejak dulu menjadi media penyampai pesan moral dan kisah kehidupan dalam masyarakat.

Di antara sesi dialog, Sanggar Seulanga Jaya mempertunjukkan tradisi Meu Hiem atau teka-teki Aceh. Tradisi ini mengajak penonton mengasah ketajaman berpikir melalui pertanyaan-pertanyaan pemantik yang sarat kearifan lokal. Meu Hiem dikenal sebagai permainan rakyat yang sudah lama hidup dalam tradisi lisan masyarakat Aceh.

Sementara Sanggar Agam Baba Raya Manyang, membawakan Cagok Aceh, sebuah tradisi seni yang unik dan mengandung unsur humor, mirip dengan lawak. Cagok Aceh berhasil mencuri perhatian dengan gaya penyampaian yang menghibur dan penuh spontanitas.

Adapun Sanggar Keuneubah menampilkan tari tradisi Laweut, yang dikenal dengan pola gerak harmonis, syair religius, dan kekompakan penari.
Dari Sanggar Senar, penonton disuguhkan tari Tarek Pukat, yang menggambarkan kebersamaan dan kerja kolektif masyarakat pesisir Aceh saat menarik pukat di laut. Gerakan energik dan ritmis menjadi ciri khas tarian ini.Sebagai penutup kegiatan, Sanggar Saweuna membawakan Ratoh, salah satu seni tarik suara yang dipadukan dengan alunan Rapai dan Geunderang Aceh, serta dipandu oleh seorang syeh vokal.

Cikboy melanjutkan, dengan tampilnya enam sanggar tersebut, kegiatan Dialog Seniman dan Pentas Seni Aceh Besar 2025 terasa semakin hidup. Para peserta dialog mendapatkan pengalaman langsung menyaksikan ragam seni yang selama ini hanya dipaparkan dalam materi. Kehadiran seni tradisi ini sekaligus menjadi bentuk konkret pelestarian budaya Aceh agar tetap berkembang dan dikenal generasi muda, terutama di Aceh Besar. (Abrar)






