Yudisium FAH UIN Ar-Raniry, Dekan Ajak Lulusan Adaptif terhadap Perubahan

Dekan FAH UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Syarifuddin MAg PhD Pimpinan memberikan penghargaan (bungong jaroe) kepada tiga lulusan terbaik pada fakultas tersebut.

Kabarnanggroe.com, Banda Aceh — Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh meluluskan 116 lulusan Sarjana Strata Satu (S1) pada pelaksanaan yudisium Gelombang I Tahun Akademik 2023/2024.

Prosesi yudisium tersebut dilaksanakan di Aula Lantai III Gedung Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Senin (8/1/2024). Tercatat, 1 orang lulus cumlaude, 67 orang lulus pujian dan 48 orang memperoleh predikat sangat baik.

Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh Syarifuddin MAg PhD dalam amanatnya mengajak lulusan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh untuk adaptif terhadap perubahan dengan terus memaksimalkan potensi di era yang terus berkembang.

Menurutnya, kemampuan adaptasi sangat penting bagi lulusan perguruan tinggi karena mereka akan dihadapkan pada berbagai perubahan di dunia profesional maupun pribadi mereka. Perubahan teknologi, pergeseran dalam tuntutan pasar kerja, dinamika dalam lingkungan kerja, serta tren sosial dan budaya merupakan contoh perubahan yang dapat memengaruhi jalur karir dan kehidupan mereka.

Dekan FAH UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Syarifuddin MAg PhD menyerahkan SKL kepada peserta yudisium

”Setiap anak muda harus punya impian dan imajinasi. Jangan terjebak dengan pola pikir stagnan. Karena mereka yang berani keluar dari zona nyaman mereka cenderung mengalami perkembangan yang lebih cepat,”ungkap Syarifuddin.

Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Cek Din Solong tersebut juga berpesan mengutip nasehat dari Imam Syafi’i, aku melihat air yang diam menjadi rusak karena diam tertahan. Seandainya mengalir dia menjadi jernih, jika tidak dia akan keruh menggenang.

Menurutnya, pesan tersebut mengajak kita untuk tidak terjebak dalam kenyamanan yang berlebihan, tetapi untuk melihat perubahan sebagai kesempatan untuk tumbuh, berkembang, dan mencapai potensi penuh dalam kehidupan. Seringkali, kenyamanan yang berlebihan mengakibatkan stagnasi atau kemunduran dalam kehidupan dan juga membuat seseorang kehilangan semangat untuk berkembang dan berkontribusi lebih lanjut dalam kehidupan mereka.

Dekan FAH UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Syarifuddin MAg PhD menyerahkan SKL kepada peserta yudisium

Sebelumnya, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kelembagaan FAH UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Nazaruddin MLIS PhD dalam laporannya menyebutkan pada yudisium gelombang pertama Tahun Akademik 2023/2024, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh berhasil meluluskan 116 orang yang terdiri dari 39 orang laki-laki dan 77 orang perempuan.

“Dengan bertambahnya 38 lulusan prodi SKI, 29 lulusan prodi BSA dan 49 lulusan dari Prodi Ilmu Perpustakaan, maka jumlah alumni Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh sampai saat ini berjumlah 3.330 orang,” ungkap Nazaruddin.

Pada kesempatan tersebut, pimpinan fakultas juga memberikan penghargaan (bungong jaroe) kepada tiga lulusan terbaik masing-masing Khairul Rifqi dari Prodi Bahasa dan Sastra Arab, lulus Cumlaude dengan IPK 3,73, Dwi Oktaviani dari Prodi Ilmu Perpustakaan, lulus Pujian dengan IPK 3,80 dan Hilva Andriani dari Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam, lulus Pujian dengan IPK 3,71.

Sementara untuk orasi ilmiah disampaikan Jovial Pally Taran MAg selaku Ketua Forum Alumni Prodi SKI yang juga sebagai Dosen STAIN Meulaboh.

Dalam orasinya, Jovial menyinggung terkait perjuangan orang-orang terdahulu dalam mencapai pendidikan yang tinggi (derajat ‘alim) sangat luar biasa. Ia bahkan berjalan hingga ribuan kilometer dalam mengejar keilmuan yang dikehendakinya, semisal Imam Maliki, Imam Asy-Syafi’i, Imam Bukhari yang mendapat gelar ulama berkat perjuangan mereka mencapai kealiman di bidang Fikih maupun Hadits.

Pimpinan FAH UIN Ar-Raniry Banda Aceh foto bersama lulusan terbaik pada yudisium gelombang I Tahun Akademik 2023/2024 fakultas tersebut.

Tujuannya bukanlah untuk memperbaiki keadaan perekonomian, tetapi memperbaiki status diri, dari tidak mengetahui menjadi mengetahui. Dan bahkan mereka rela mengorbankan harta bendanya dalam menggapai status ‘alim tersebut.

“Setelahnya, sebagaimana kita ketahui bersama, berkah dari kealiman orang-orang terdahulu adalah berbondong-bondong masyarakat datang belajar dan bermulazamah kepada mereka. Dan ini merupakan kesuksesan dan keberkahan yang luar biasa digapai oleh para ‘alim masa dahulu,” ungkap Jovial.

Menurutnya, ilmu dan sukses takkan pernah saling berkhianat apabila keberkahan selalu tercurahkan di antaranya. “Kita tentu berharap hal ini juga berlaku di antara kita semua para pembelajar yang telah berkorban harta, waktu siang dan malam demi menggapai derajat orang yang berilmu,” harapnya. (Herman/Sayed M. Husen)