Daerah  

Amir, Juru Parkir yang Berjuang untuk Tiga Orang Anaknya

Amri (56) juru parkir sedang merapikan sepeda motor yang terparkir depan salah satu warung kopi di Pasar Lambaro Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Senin (6/2/2023) FOTO/ Dexjoel

Kabarnanggroe.com, Kota Jantho — Ditengah terik matahari di kawansan Pasar lambaro, seorang pria paruh baya berseragam celana jeans, kaos bergaris kuning dibalut rompi sibuk dengan tugasnya mengatur parkiran di depan warung kopi Jalan Banda Aceh-Medan. Nampak wajah yang begitu bersahaja menyapa para pengendara kendaraan bermotor baik itu mobil maupun motor yang hendak parkir di lahan parkiranya.

Pria berumur 55 tahun itu bernama lengkap Amri, merupakan ayah dari tiga orang anak hasil penikahan dengan istrinya bernama Maulidar yang sudah meninggal dunia 3 silam. Amri telah berkerja sebagai tukang parkir di sana sejak tahun 2011.

Dengan raut wajah yang polos bercucuran keringat dibawah terik matahari, Amri menceritakan pengalamannya selama menjadi juru parkir yang sudah digelutinya selama ini. Dibenaknya, hanya terfokus pada pekerjaan, untuk menghidupi sang anak yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar.

“Saya kan jadi tulang punggung keluarga, untuk menghidupi anak-anak saya. Cukup nggak cukup hasil yang didapatkan ya harus disyukuri. Bagi saya untuk saat ini sangat penting kesehatan, karena anak-anak masih kecil dan tanpa seorang ibu disamping mereka,” ungkap Amri dengan mata berkaca-kaca pada saat ditemui, dipasar Lambaro, Ingin Jaya, Senin (6/2/2023).

Bermodalkan peluit warna merah yang dikalungkan pada leher dan berseragam juru parkir, dengan lihainya Amri mengatur area parkir para pengunjung.

Bagi Amri, semua pekerjaan halal, asalkan dilakukan dengan ikhlas. Apalagi sebagai juru parkir, cacian dan hardikan sudah menjadi menu setiap hari dari para pengunjung, maupun pengendara yang melintas.

“Ya kadang enak, kadang juga enggak, namanya menghadapi orang banyak. Ada yang enak, ada yang enggak, ada yang sabar juga. Kadang-kadang saya juga dimarahi. Ya mau bagaimana lagi,” katanya.

Dengan rompi tersebut, Amri mengaku semakin bersemangat dalam menjalankan tugasnya. Baginya itu sebuah tanda bahwa pekerjaan yang ia jalani selama ini telah berjasa bagi orang lain.

Selama 7 tahun menjadi juru parkir, Armia tak pernah mematok tarif bagi masyarakat. Kadang, ada orang yang iba memberikan uang lebih kepadanya.

“Kadang ada yang berikan Rp 1.000, Rp 2.000, kadang ada juga Rp 5.000, bagi saya berapa pun yang mereka beri, tetap saya terima. Karena rezeki itu kan Allah SWT yang beri, yang penting kita sudah berusaha bekerja keras,” imbuhnya.

Apalagi di era sekarang dengan daya persaingan yang tinggi, Amri tidak memiliki pilihan pekerjaan lain dengan pendidikan terakhirnya sampai tamat sekolah menegah pertama (SMP) membuatnya sulit mencari pekerjaan.

“Tidak bisa saya bayangkan, jika harus kehilangan pekerjaan yang telah bertahun-tahun saya geluti. Karena dengan pekerjaan ini lah saya mampu menghidupi ke 3 orang anak saya yang masih kecil-kecil,” ujarnya dengan nada sedih.

Amri hidup menduda di usia 55 tahun setelah sang istri meninggal dunia. Dia harus jadi ibu sekaligus ayah bagi ketiga anaknya.

Dengan kesibukannya bekerja sebagai juru parkir sejak pagi hingga sore. Amri yang menjalani hidup tanpa pasangan harus menerima tanggung jawab untuk membesarkan anak-anaknya.

“Menjadi  orang tua  tunggal  harus  menanggung semua  kebutuhan anak seorang  diri, supaya kita dapat  mengikuti  dan melihat  perkembangan  anak  secara maksimal,” ungkapnya

Amri menceritakan selama tiga tahun menjalani kehidupan sebagai orang tunggal sangat senang, justru anak-anak lah yang membuat bisa kuat sampai saat ini.

“Anak, yang selalu bikin saya kuat dengan apa yang saya lakukan selama ini, apalagi ditambah dengan perkembangan anak nomor tiga yang sekarang sudah mulai masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP),” pintanya.

Ia mengatakan, menjadi orang tua tunggal bukan hal yang mesti ia sesali, namun tetap maju melangkah terutama dalam menghidupi keluarga yang masih menjadi tanggung jawabnya.

“Jadi tidak ada alasan bagi saya merasa hidup berantakan setelah istri meninggal atau jadi orang tua tunggal. Semuanya alhamdulillah aman,” tutupnya (Dj)