kabarnanggroe.com – Para wisatawan yang berkunjung ke Aceh dapat menikmati kopi sanger dengan harga dan cita rasa beragam, sehingga mampu merasakan sensasi sendiri sambil memandang lautan lepas atau pegunungan yang mengitari Negeri Serambi Mekkah ini.
Kuliner satu ini tidak asing lagi bagi warga Aceh, termasuk para wisatawan yang berkunjung ke Aceh, tentunya akan menikmati kopi sanger sambil bercengkerama dengan koleganya yang datang bersama-sama.
Seperti diketahui, selain kopi hitam, kopi sanger juga memiliki cita rasa beragam, terutama di cafe-cafe yang tersebar di Banda Aceh dan Aceh Besar, serta kota-kota lainya di Aceh yang menyuguhkan kopi olahan tradisional atau juga mesin penggiling kopi.
Tentu saja, minuman olahan ini dapat dinikmati para wisatawan yang datang ke Banda Aceh, karena tak lengkap rasanya jika tidak merasakan nikmatnya kopi sanger, dari harga murah sampai mahal, tergantung olahannya.
Ini masuk dalam pariwisata kuliner dengan sentra kopi Banda Aceh terdapat di Kecamatan Ulee Kareng. Bahkan, kawasan ini yang berjarak sekitar 5 km dari pusat kota telah dijadikan sebagai pusat kuliner.
Di kawasan ini, mulai dari Ie Masen Ulee Kareng sampai Pango dan Beurawe di Kecamatan Kuta lam dipenuhi dengan warung kopi dan cafe lengkap dengan aneka makanan yang siap disajikan kepada wisatawan dengan harga terjangkau.
Bahkan, sebagian besar warung dan juga cafe memiliki fasilitas jaringan internet gratis melalui WiFi, sehingga sambil menikmati kopi dan makanan masih bisa berselancar di dunia maya.
Kota ini yang telah dikenal dengan sebutan ‘Seribu Warung Kopi’ sejak periode pertama Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal dipenuhi pengunjung saat malam hari.

Bahkan, kemunculan sejumlah cafe gaya baru pada tahun 2025 ini makin menambah semarak kota ini yang akan segera meluncurkan sebagai ‘Kota Parfum’. Para wisatawan nusantara dan mancanegara yang datang tentunya akan dilayani dengan baik oleh pekerja warkop dan cafe.
Senyum ramah terus melintas di wajah mereka untuk menyambut para wisatawan dan pengunjung saat datang ke sebuah cafe atau juga warung kopi tradisional.
Para wisatawan tidak perlu khawatir lagi dengan kondisi Banda Aceh, termasuk di malam hari, karena warga bersama aparat kepolisian bersama-sama menjaga ketertiban kota.
Kembali lagi ke kopi sanger yang memang sudah umum di Indonesia, apalagi di Banda Aceh dan umumnya di Aceh, kopi sudah menjadi minuman harian. Termasuk juga kopi sanger, perpaduan unik kopi dan susu yang disajikan dengan khas.
Di warung kopi tradisional, cukup ditambah susu pada kopi saring dan diaduk. Tetapi ada di beberapa tempat, yang mengolah sedemikian rupa menjadi aneka bentuk susu yang akan bercampur kopi, seperti burung, bunga dan lainnya.
Sanger ini berawal dari kreativitas para penjual kopi di warung-warung kecil di Aceh dengan menciptakan minuman ini sebagai alternatif yang lebih terjangkau dari kopi susu biasa.
Nama “sanger” sendiri dipercaya berasal dari singkatan “same-same ngerti” dalam bahasa Aceh, yang berarti “sama-sama mengerti”.Untuk proses pembuatannya cukup menarik.
Kopi bubuk diseduh dengan air panas dalam gelas, lalu ditambahkan susu kental manis. Yang membedakan sanger dari kopi susu biasa adalah teknik penyajiannya dan takaran susu kental manis lebih sedikit dari kopi susu pada umumnya.
Campuran kopi dan susu ini kemudian dituangkan bolak-balik antara dua gelas dari ketinggian tertentu. Proses ini tidak hanya menciptakan tekstur yang khas, tetapi juga menghasilkan busa halus di permukaan minuman.
Sanger biasanya disajikan dalam gelas transparan, memperlihatkan lapisan-lapisan indah yang terbentuk dari campuran kopi, susu, dan saus cokelat. Minuman ini tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga mata para penikmatnya.
Bagi masyarakat Aceh, sanger bukan sekadar minuman, melainkan bagian dari budaya dan gaya hidup. Warung-warung kopi yang menyajikan sanger menjadi tempat favorit untuk berkumpul, berdiskusi, atau sekadar menikmati waktu santai.
Kini, popularitas sanger telah merambah ke berbagai daerah di Indonesia, membawa cita rasa kopi Aceh yang khas ke seluruh penjuru Nusantara. Nah, bagi para wisatawan yang ingin menikmati di daerah asalnya, maka dapat mengunjungi cafe atau juga warung kopi, sehingga dapat membedakan cita rasanya.
Bahkan, dapat memilih biji kopi yang diinginkan, robusta atau arabica yang umumnya berasal dari dataran tinggi Gayo, mulai dari Bener Meriah, Aceh Tengah sampai Gayo Lues.
Biji kopi di kawasan ini, biasanya diekspor ke mancanegara melalui Pelabuhan Belawan, Medan dan juga ke seluruh Indonesia, sehingga harganya melambung.
Tetapi, di Banda Aceh, harga yang ditawarkan warkop atau juga cafe masih terjangkau dari ribuan sampai puluhan ribu per satu cangkir sanger. Tetapi, lebih baik menanyakan terlebih dahulu, tetapi biasanya di cafe sudah ada di buku pesanan, sehingga tidak perlu khawatir. Listrik PLN
Inilah sebuah kota yang penuh dengan sejarah panjang kulinernya, yang patut dimasukkan dalam agenda kunjungan. Aneka minuman dan makanan yang ditawarkan masih dalam kategori lebih terjangkau dibanding daerah lain di Indonesia.
Sementara itu, Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno sempat mencoba meracik kopi sareng khas Aceh dalam Workshop Pelaku Ekonomi Kreatif di Museum Aceh pada Selasa (19/10/2021) silam.
Dibantu oleh owner Bawadi Coffee, Sandiaga terlihat serius saat ‘beralih’ profesi menjadi barista kopi sareng pertama kalinya. Dalam kesempatan itu, dia menyuguhkan kopi sareng kepada Wali Kota Banda Aceh saat itu, Aminullah Usman untuk dinilai.
“Ini mereknya Sangeruno, kalau di Itali ada Cappuccino. Ini harus diaduk 13 kali searah jarum jam,” candanya saat menyuguhkan kopi sareng kepada Aminullah Usman.
Inilah sebuah keunikan yang juga sempat menggugah seorang menteri untuk mencoba membuat kopi sanger dan sekaligus menikmatinya. Apalagi, kopi sareng hanya ditemukan di Aceh, sehingga sudah sepatutnya mencoba mencicipinya saat berkunjung ke negeri Serambi Mekkah ini.(Adv)






