Wisata  

Pelabuhan Kuala Langsa, Wisata Sambil Menikmati Indahnya Panorama Laut

Pelabuhan Kuala Langsa, Kota Langsa. FOTO/SCREENSHOT

Langsa – Obyek wisata Pelabuhan Kuala Langsa yang terletak di Kuala Langsa, Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa menawarkan pengalaman unik menikmati panorama laut, matahari terbenam, dan aktivitas maritim seperti melihat bongkar muat kapal, sambil bersantai di dermaga.

Destinasi populer dengan pemandangan gunung dan laut, serta pelabuhan yang menjadi pintu gerbang ke pulau-pulau sekitar dan aktivitas lainnya bisa berupa kuliner hidangan laut di dekat pelabuhan atau sekadar menikmati angin laut yang segar.

Pelabuhan ini merupakan pelabuhan satu-satunya jalur penghubung Kota Langsa ke luar negeri. Nah, di tempat ini menyajikan pemandangan yang cukup indah dan menarik. Seperti menangkap keindahan matahari terbenam, kapal warna-warni, dan pemandangan alam sekitar.

Bahkan, dapat bersantai untuk menikmati suasana tenang di dermaga sambil merasakan angin laut sambil mengamati bongkar muat barang tradisional atau kegiatan nelayan sehari-hari. Pelabuhan Kuala Langsa merupakan pelabuhan internasional yang melayani kegiatan ekspor-impor dan juga berfungsi sebagai objek wisata.

Pelabuhan ini kembali dibuka dan resmi melayani ekspor-impor sejak Maret 2023, yang berkontribusi pada kemajuan daerah. Pengunjung dapat memancing di atas kapal yang sedang berhenti, menikmati pemandangan laut, atau naik perahu keliling dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Kuala Langsa.

Sejarahnya, menjadi salah satu pelabuhan maritim dengan sebutan “de Langsa Bay”, letaknya sangat strategis di teluk Pusong dan Kuala. Kiprah pelabuhan Kuala Langsa, di samping sarana angkutan hasil komoditi masyarakat pantai timur Aceh. Juga hendak bersanding dengan pelabuhan milik pemerintah Inggris di negeri seberang yaitu Singapura, yang dibangun pada abad ke-19 Masehi.

Keduanya saling berhadapan digaris paralel, yaitu Belanda berada bagian selatan ujung barat pulau Sumatra (Aceh), dan Singapura dibagian utara yaitu “the Isthmus of Monkeys”, tetapi masih dalam satu kawasan di Asia Tenggara.

Suasana saat kapal bersandar di Pelabuhan Kuala Langsa, Kota Langsa. FOTO/SCREENSHOT

Tim Pakar Sejarah Universitas Samudra semapt mengadakan penelitian dan merekonstruksi arah dan peran penting Kuala Langsa sebagai pusat transportasi perdagangaan di pantai timur Aceh, berhadapan dengan Singapura.

Juga Kuala Langsa baik dalam rute perdagangan dan politik, tidak terlepas dari segi ekonomi dan sosial antara pelabuhan Belawan, Padang hingga Pulau Jawa sewaktu Belanda berdaulat di Batavia, melakukan penyerangan terhadap kesultanan Aceh tahun 1873.

Berdasarkan hasil kajian “Disertasi” Dr. Usman (2018: 132) bahwa rencana politik Pemerintah Kolonial Belanda, membangun pelabuhan maritim Kuala Langsa (Langsa Bay) tujuannya untuk modernisasi dan membuka peluang investasi swasta asing.

Program baru ini yaitu pascaberdamai dengan Teuku Chik Bentara Blang Kenegerian Langsa, dan tidak terlepas dari program politik pasifikasi, diantaranya pemberdayaan perekonomian masyarakat Langsa dan pantai timur Aceh; onder afdeling Idi, onder afdeling Langsa dan onder afdeling Tamiang.

Melalui pembangunan dan modernisasi dari berbagai infrastruktur yang sangat mendesak satu abad silam, baik bagi kepentingan masyarakat pantai timur Aceh maupun bagi kepentingan politik Kolonial Belanda itu sendiri.

Terutama program modermisasi pelabuhan maritim Kuala Langsa dan stasiun Atjeh Tram Kuala Langsa, yang saling keterkaitan dari rencana politik pasifikasi Pemerintah Kolonial Belanda di Aceh dan identik dari visi dan misi Pax Nerlandica dalam memperkuat kedaulatan/kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda di nusantara kala itu.

Dalam kaitan itu pula, program pembangunan pelabuhan Kuala langsa sebagai pelabuhan utama dibidang ekspor–impor mulai diawal penanaman modal swasta asing untuk lahan perkebunan karet dan kota hiburan, serta pembangunan berbagai infrastruktur yang menunjang program modernisasi di pantai timur Aceh kala itu.

Baik pelabuhan maritim dan stasiun Atjeh Tram Kuala Langsa, sejak tahun 1910 sampai dengan 1914, keduanya sarana infrastruktur yang saling berdampingan dan berfungsi. Sehingga program modernisasi di bidang perekonomian di pantai timur Aceh, semakin berpeluang besar terhadap rute transportasi angkutan darat dan laut.

Terutama dalam hal kegiatan bongkar muat barang-barang serta keluar masuknya kapal dan perahu-perahu nelayan maupun pedagang eksportir atau komoditas dari suatu negara ke negara lain. Juga angkutan transportasi darat Atjeh Tram, ikut berperan aktif beroperasi pada masa Pemerintah Kolonial Belanda, dan dijadikan pelabuhan maritim dan stasiun Kuala Langsa, beroperasi mulai dari skala bisnis kecil sampai menengah sebagai strategi utama untuk bersaing di tingkat regional dan internasional.

Dalam pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di pantai timur Aceh, terutama pelabuhan Kuala Langsa memegang posisi kunci pada skala regional dan internasional sebagai pusat pelayanan angkutan hasil perkebunan masyarakat Aceh satu abad silam. Itulah sekilas sejarah Pelabuhan Kuala Langsa yang memang sudah ada sejak tempo dulu.(Adv)