Pj Gubernur Safrizal: Ketahanan Masyarakat Aceh Berawal dari Kearifan Lokal dan Solidaritas Sosial

Pj Gubernur Aceh Dr H Safrizal ZA, M.Si., Membuka acara sekaligus menjadi Keynote Speaker pada kegiatan The 3rd Aceh Global Conference On Social Comunication and Politcal Sciences secara virtual, di Ruang Rapat Pendopo Gubernur Aceh, Senin (4/11/2024). FOTO/ HUMAS PEMERINTAH ACEH

Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Penjabat (Pj) Gubernur Aceh, Dr. Safrizal ZA, M.Si tampil secara virtual sebagai keynote speaker dalam *The 3rd Aceh Global Conference on Social Communication and Political Science* (AGC-SCOPOS) yang digelar pada Senin, 4 November 2024. Dengan tema *Mitigasi Bencana dan Ketahanan Masyarakat: Pembelajaran dari Pengalaman Aceh dalam Menghadapi Tantangan Global*,

Safrizal menyoroti pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana berbasis kearifan lokal serta penguatan solidaritas masyarakat dalam menghadapi tantangan global. Selain Safrizal, konferensi ini juga menghadirkan sejumlah keynote speaker lain, termasuk perwakilan dari Universiti Kebangsaan Malaysia, serta akademisi dan pakar dari berbagai universitas dan institusi.

Safrizal yang menyampaikan materinya dalam bahasa Inggris, mengingatkan bahwa Aceh memiliki pengalaman berharga dalam membangun ketahanan setelah bencana tsunami yang melanda pada 2004. “Dalam hitungan bulan, kita akan memperingati dua dekade peristiwa tsunami Aceh.

Bencana ini bukan hanya mengubah wajah bumi Aceh, tetapi juga mengubah cara kita memandang dan menghadapi bencana,” ujarnya. Ia menyatakan, pengalaman Aceh dalam mengatasi tragedi besar tersebut telah menjadi inspirasi bagi dunia dalam membangun ketahanan masyarakat.

Lebih lanjut, Safrizal menekankan pentingnya peran kearifan lokal sebagai fondasi dalam menghadapi bencana. Menurutnya, nilai-nilai gotong royong dan ikatan sosial yang kuat di Aceh telah terbukti menjadi modal penting bagi masyarakat dalam bangkit dari keterpurukan.

“Kearifan lokal yang telah berabad-abad mengakar dalam masyarakat Aceh terbukti menjadi fondasi yang tak tergantikan dalam membangun ketahanan. Di tengah kesulitan, silaturahmi menjadi jembatan yang mempererat hubungan antarwarga,” kata Safrizal.

Selain itu, Safrizal juga mengingatkan pentingnya inovasi dalam menghadapi tantangan modern, termasuk perubahan iklim yang mengancam ketahanan masyarakat. Ia menjelaskan bahwa Aceh telah mengembangkan berbagai inisiatif, seperti program *Gampong Tangguh Bencana* dan pelatihan kebencanaan di sekolah-sekolah untuk menanamkan kesadaran sejak dini. “Kami memanfaatkan teknologi digital untuk membangun sistem informasi kebencanaan yang responsif dan akurat,” tambahnya.

Konferensi AGC-SCOPOS diharapkan menjadi ajang untuk berbagi pengalaman dan memperkuat kerja sama internasional dalam menghadapi ancaman global. Safrizal mengajak para peserta konferensi untuk menjadikan momentum ini sebagai sarana kolaborasi antarnegara dalam membangun masyarakat yang lebih tangguh dan berkelanjutan di masa depan.(Mar/*)