Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Dua tim semifinal Liga 4 Zona Aceh mengalami nasib berbeda pada leg 1 dan leg 2 yang digelar di Stadion Mini USK Darussalam, Banda Aceh. PSAB yang menjadi pemimpin klasemen tanpa pernah mengalami kekalahan, akhirnya tumbang di partai puncak.
Sebaliknya, Peureulak Raya yang terus mengalami kekalahan dan hanya satu kali seri, akhirnya mendapat kemenangan pada perebutan tempat ketiga Liga 4 Aceh.
Itulah perjalanan dua tim yang sebenarnya unik dan fenomenal dalam ajang resmi Asprov PSSI yang dilaksanakan selama delapan hari berturut-turut sebelum bulan suci Ramadhan, 1 Maret 2025. PSAB meraih 14 poin dan Peureulak Raya hanya 1 poin, sedangkan Persidi Idi 11 poin dan PSBL Langsa 6 poin.

PSAB yang bertindak sebagai tuan rumah digadang-gadang akan menjadi juara Liga 4 Aceh. Apalagi, bonden Aceh Besar ini ditukangi lima pelatih yang semuanya mantan pemain Persiraja dengan latihan dimulai akhir Desember 2024 lalu.
Sehingga, tidak diragukan lagi untuk menjadi juara Liga 4 Aceh yang diharapkan oleh Plt Ketua Umum bersama Manager PSAB. Tetapi, perwakilan Aceh Timur, Persidi Idi dengan hanya satu pelatih, Ridwan Salam mampu membalikkan keadaan secara dramatis melalui drama penalti yang sangat menegangkan, satu hari sebelum Ramadhan tiba.
Pada sesi penendang penalti dengan lima pemain, skor seri 3-3. Tetapi, pada dua penendang terakhir, satu pemain PSAB gagal menyarangkan gol dan pemain Persidi Idi menjadi penentu kemenangan yang berhasil mengecoh kiper PSAB, sehingga skor 4-5 dalam adu penalti.
Adu penalti dilaksanakan pada Jumat (28/2/2025) pagi, sesuai laga Kamis (29/2/2025) yang berakhir seri 1-1 bertepatan dengan azan berkumandang. Penonton yang hampir memenuhi tribun barat Stadion USK Darussalam, sebagian besar pendukung PSAB sempat menunggu adu penalti.

Tetapi, panitia bersama kedua tim akhirnya menyepakati adu penalti dilaksanakan pada Jumat (28/2/2025) pagi dengan pertimbangan, Stadion USK tidak memiliki lampu penerang lapangan.
Para penonton yang sempat menunggu dengan antusias akhirnya membubarkan diri dengan tertib, pulang ke rumah masing-masing, tanpa bisa menyaksikan laga adu penalti tanpa penonton.
Pelatih Persidi Idi yang sempat mengeluhkan sudah check-out dari hotel, akhirnya terpaksa menginap satu malam lagi. Situasi di seputaran stadion sempat memanas dengan beragam ide muncul untuk menggelar adu penalti pada malam itu juga.
Ada wacana dilaksanakan di Stadion H Dimurthala Lampineung, Banda Aceh, tetapi tidak memungkinkan, karena biaya sewa ditambah petugas keamanan dan izin keramaian harus didapat segera.
Kemudian, muncul lagi, dapat dilaksanakan di Stadion PS Lambhuk, tetapi juga gagal, karena izin keramaian dan lainnya harus didapat segera.
Seusai berbagai pertimbangan, akhirnya tetap dilaksanakan di Stadion USK Darussalam dengan konsekuensi tim dan pemain Persidi Idi dengan julukan tim ‘Hamok Laju’ harus menginap satu malam lagi.

Perjuangan anak-anak Persidi Idi yang kini menjadi ibu kota Aceh Timur membuahkan hasil. Dengan semangat dan perjuangan tinggi sejak laga final digelar sampai adu penalti, berhasil mengalahkan tuan rumah PSAB Aceh Besar melalui tendangan penalti.
Para pemain PSAB yang seperti tidak percaya kalah dari Persidi Idi tertunduk lesu meninggalkan lapangan. Bahkan, saat pengalungan medali, hanya diwakili kapten tim PSAB, Lutfi bersama pelatih kepala T Helza Rahmad.
Sedangkan pemain PSAB lain yang juga disiapkan menerima medali, tidak tampak di area upacara pengalungan medali dan penyerahan piala yang dipimpin Syaifuddin Muhammad, Wakil Ketua DPRA yang juga pengurus Asprov PSSI.
Kekecewaan mendalam sangat dirasakan oleh pemain PSAB yang gagal menjadi juara Liga 4 Aceh untuk mengulangi kelompok U-17 yang menjadi juara, seperti diharapkan oleh Plt Ketua Umum PSAB, Mariadi ST MM.
Sebaliknya, Peureulak Raya yang mengalami lima kekalahan dan satu kali seri di leg 1 dan leg semifinal Liga 4 Aceh, akhirnya mampu membayar kepercayaan masyarakat Peureulak dengan mengalahkan kota tetangga, PSBL Langsa, juara 2024 lalu.
Walau berada di dasar klasemen semifinal Liga 4 Aceh dengan hanya 1 poin dan PSBL di posisi tiga dengan enam poin, mampu membalikkan keadaan.
Dua kali kalah dari PSBL, tidak menyurutkan semangat pemain Peureulak Raya yang ditukangi Rizki Zulfitri SPd pada perebutan tempat ketiga Liga 4 Aceh.
Bahkan sempat tertinggal 0-1 saat extra time, tetapi berhasil disamakan jelang akhir perpanjangan waktu, sehingga skor 1-1. Pada adu tendangan penalti, lima pemain Peureulak Raya berhasil mencetak gol dan PSBL hanya empat pemain, sehingga Peureulak Raya dinobatkan sebagai juara tiga Liga 4 Aceh.
Itulah akhir dari sebuah drama sepak bola yang selalu mendapat perhatian dari publik, termasuk kepemimpinan wasit yang kadang-kadang kontroversial atau berat sebelah.(Muh)