Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Listrik yang padam dan hidup di Banda Aceh secara mendadak beberapa kali pada Senin (29/9/2025) sore mulai sekitar pukul 16.30 WIB sampai jelang pukul 24.00 WIB telah menyebabkan warga kota berang atas sistem interkoneksi jaringan listrik dari Sumatera Utara tersebut.
Pada Selasa (30/9/2025) pukul 09.00 WIB listrik kembali padam sampai pukul 10.25 WIB. Warga Kota Banda Aceh kembaki menggerutu.
Pemadaman ini yang telah menyebabkan kerugian besar bagi warga Banda Aceh dengan alasan jaringan listrik ada yang terganggu pada interkoneksi transmisi 150 kilovolt (kV) Bireuen–Arun, Sumatera
Bahkan, Ketua DPRK Banda Aceh, Irwansyah, ST meminta pihak PLN bertanggungjawab atas pemadaman listrik dengan memberikan kompensasi kepada pelanggan. Dia menilai pemadaman listrik ini telah menimbulkan banyak kerugian bagi warga, apalagi pelaku usaha.
Dia menyebutkan, kerusakan pada jaringan Bireuen–Arun ikut mengakibatkan pembangkit listrik (PLTU) 1, 2, 3, dan 4, yang berada di Nagan Raya ikut padam. Kondisi itu membuat warga kota tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali pasrah menerima keadaan.
Hal itu dilontarkan oleh sejumlah pengunjung Indathue Kuphie Gampog Doi, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh pada Senin (29/9/2025) jelang shalat maghrib.
Sambil duduk di tengah kegelapan, salah seorang pengunjung bercelutuk, “Gimana kita mau shalat, listrik padam,” lainnya menimpali “Inilah Aceh, listrik masih bergantung dari Medan.”
Lainnya, hanya bisa pasrah dengan tetap duduk sambil menikmati kopi yang disuguhkan dan hanya bisa pasrah melihat listrik tak hidup-hidup juga, sebelum akhirnya beranjak pulang.
Pengunjung lainnya juga pulang, seiring pemilik warung kopi bernama Safrizal akan menutup tempat usahanya, karena suasana semakin gelap dan tidak ada pengunjung datang lagi.
Padahal, saat listrik normal, waktu tutup warung kopi ini bisa sampai pukul 24.00 WIB, bahkan sampai dini hari, jika masih ada pengunjung yang datang. Tetapi, malam itu, dia terpaksa menutup warung kopinya, walau dirugikan oleh pihak PLN, perusahaan negara yang menyediakan listrik bagi warganya.
Begitu juga sejumlah usaha lainnya, seperti toko kelontong juga terpaksa menutup lebih cepat dari biasanya. karena listrik juga tidak hidup-hidup, ditambah suasana gelap di jalanan, kecuali lampu penerangan dari kendaraan yang melintas di kawasan Gampong Doi ini.
Padahal, Banda Aceh memiliki PLTD Lueng Bata yang seharusnya bisa menjadi penyangga bagi warga Banda Aceh, jika sewaktu-waktu jaringan listrik interkoneksi dari Sumatera Utara mengalami masalah.
PLTD satu ini yang pernah mendapat bantuan genset dari Pemerintah Aceh pada era Gubernur Aceh Abdullah Puteh tahun 2000-2004, seiring konflik masih meletus saat itu, sudah mulai dilupakan warga, seiring sudah ada jaringan interkoneksi.
Kondisi gangguan jaringan interkoneksi dari Sumatera Utara ini bukan untuk pertama kalinya terjadi, bahkan sudah berulangkali, bisa dikatakan puluhan kali dan hal itu kerap terjadi jelang atau dalam bulan suci Ramadhan saat jaringan ini tersambung jadi satu.
Semoga, dengan teknologi semakin maju, PLN yang bertanggungjawab menyediakan listrik bagi rakyat dapat meningkatkan teknologi terbaru untuk mendeteksi titik-titik jaringan yang terancam rusak atau terganggu, sehingga warga tidak terus menjadi korban, hanya bisa pasrah sambil melontarkan kata-kata tidak menyenangkan atas kondisi tersebut.(Muh)