Kabarnanggroe.com, KOTA JANTHO — Tanggal 29 Juli 2025 menjadi saksi bisu sebuah momen penuh haru dan syukur di halaman MIN 6 Aceh Besar. Di bawah langit cerah Gampong Lampupok Raya, suasana madrasah tak seperti biasanya. Hari itu, para guru yang telah puluhan tahun mengabdi sebagai honorer akhirnya diangkat secara resmi sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) formasi tahun 2025. Mereka disambut dengan prosesi peusijuK khas Aceh sebagai bentuk syukur dan harapan baik yang menyentuh hati siapa pun yang hadir.
Dari pagi hari, aktivitas madrasah berjalan seperti biasa. Namun, ada semangat berbeda terpancar dari wajah-wajah guru dan siswa. Usai proses belajar, suasana berubah menjadi hangat dan akrab saat seluruh siswa dari kelas 1 hingga kelas 6 makan bersama di depan kelas masing-masing. Tak ada sekat, tak ada batas, hanya rasa kekeluargaan yang kuat antara murid dan guru. Semua ini terwujud berkat kerja sama solid antara dewan guru, staf, dan tenaga kependidikan yang menyatu dalam semangat gotong royong.
Kepala MIN 6 Aceh Besar, T. Wildan Nur, S.Ag., dalam sambutannya menahan haru saat menyampaikan betapa besar perjuangan para guru yang diangkat menjadi PPPK. “Ini bukan hanya pencapaian individu, tapi pencapaian bersama. Semoga ini menjadi motivasi untuk terus memberikan yang terbaik bagi anak-anak kita di madrasah,” ujarnya, suara lirih namun penuh makna. Ia juga mengingatkan bahwa keberhasilan ini lahir dari kedisiplinan dan tanggung jawab yang selama ini dijaga erat oleh para guru.
Hadir dalam momen istimewa ini, Kepala Kankemenag Aceh Besar, H. Saifuddin, SE., yang turut memimpin langsung prosesi peusijuk bersama Kasi Penmad H. Suryadi, S.Ag., M.Pd. Dalam sambutannya, H. Saifuddin memberikan pesan mendalam. “Pengangkatan sebagai PPPK bukanlah akhir, melainkan awal dari tanggung jawab yang lebih besar. Semoga kelak, semuanya bisa menjadi ASN PNS yang amanah,” ucapnya dengan nada yang mengandung harapan dan doa.
Yang membuat acara ini semakin berkesan adalah keterlibatan semua pihak dalam memasak kuwah beulangong, kuliner khas Aceh Besar, secara gotong royong. Daging dan rempah ditumbuk bersama, kayu dibakar perlahan, dan kuah dibiarkan mendidih dalam kuali besar. Para guru yang biasanya mengajar di kelas kini terlihat sigap di dapur terbuka, saling membantu dan tertawa, menciptakan kenangan baru yang tak tergantikan. Hidangan ini tidak hanya disajikan untuk tamu dan guru, tetapi juga dibagikan kepada seluruh siswa sebagai simbol kebersamaan.
Tak sedikit air mata yang jatuh hari itu. Bukan karena sedih, tapi karena kenangan panjang akan masa-masa sulit saat harus mengabdi bertahun-tahun dengan honor yang nyaris tak cukup untuk kebutuhan dasar. Kini, pengangkatan menjadi PPPK adalah bentuk pengakuan atas pengorbanan itu. Para guru veteran yang telah purnabakti pun turut hadir, seolah menguatkan bahwa jalan pengabdian memang tak pernah mudah, tapi selalu mulia.
Ketika sesi foto bersama digelar di akhir acara, ada satu hal yang tampak jelas: kebahagiaan yang sederhana tapi tulus. Di sinilah makna sejati dari sebuah pengabdian, bekerja bukan semata untuk gaji, melainkan demi anak bangsa, demi generasi masa depan. Dan hari itu, di tengah aroma kuwah beulangong dan doa yang mengalir, MIN 6 Aceh Besar mengukir babak baru dalam sejarahnya.(Abrar)