Cikgu Rasimah, Guru Sederhana yang Menabur Kata hingga ke Pentas Nasional

Kabarnanggroe.com, Di balik wajahnya yang teduh dan sederhana, siapa sangka Rasimah (41), saat ini bertugas sebagai guru di bawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Aceh Besar, tepatnya MIN 18 Aceh Besar, menyimpan segudang prestasi di dunia literasi. Lebih dari sepuluh karya telah ia lahirkan, baik berupa puisi, cerpen, hingga kisah inspiratif, yang terangkum dalam berbagai buku antologi.

Ketika ditemui di kediamannya, Rasimah menyambut dengan senyum ramah. Obrolan mengalir hangat, seakan sedang bercengkerama dengan seorang sahabat. Dari balik tutur katanya yang tenang, tersimpan tekad besar untuk terus menulis dan menebar inspirasi.

“Sejak bergabung dengan Rangkang Guree Meurunoe, banyak hal yang saya pelajari, terutama tentang literasi dan pengembangan diri sebagai seorang guru,” ucapnya, mengingat kembali tahun 2021 saat pertama kali melangkah ke dunia tulis-menulis bersama komunitas yang dibimbing Indra Mardiani tersebut.

Langkahnya kian mantap pada tahun 2022, ketika ia dipercaya mewakili Provinsi Aceh dalam peluncuran buku nasional di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Ia hadir sebagai tamu undangan sekaligus duta dari PERRUAS Indonesia sebuah pengalaman yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Namun bagi Rasimah, semua pencapaian itu bukan semata karena dirinya. Ada doa dan dukungan keluarga, serta semangat teman-teman seperjuangan yang membuatnya tetap tegar menulis di sela kesibukan sebagai pendidik. “Dukungan mereka adalah kekuatan utama saya untuk terus berkarya,” ungkapnya dengan mata berbinar.

Hingga kini, deretan karya Rasimah kian berwarna. Dari puisi berjudul “Kemuliaanmu”, “Rindu Ayah”, hingga “Cut Meutia”; dari cerpen “Kue Seupet Mak Tie” hingga “Secangkir Kopi Cinta” yang diterbitkan di Malaysia; bahkan kisah inspiratif tentang dunia pendidikan yang lahir dari pengalaman sehari-hari di kelas.

Beberapa di antaranya:

* Puisi “Kemuliaanmu” dalam antologi Telaga Kalbu
* Puisi “Purnama Umat” dalam Marhaban Ya Ramadhan
* Cerpen “Kue Seupet Mak Tie” dalam Gastronomi Peunajoh Atjeh
* Kisah inspiratif “Ekspresi Wajah Seorang Pendidik” dalam Muridku Penyemangat Belajarku
* Syair “Anak Negeri” dalam Syair untuk Negeri
* Gurindam tingkat ASEAN dalam Gurindam Kalbu
* Hingga cerpen Secangkir Kopi Cinta yang masih menunggu perjalanan pulang dari negeri jiran.

Kini, Cikgu Rasimah sedang merampungkan karya puisi etnik tingkat ASEAN, dan satu karya lain yang masih ia rahasiakan. “Semoga cepat selesai dan bisa dinikmati pembaca,” katanya penuh harap.

Bagi Rasimah, menulis bukan sekadar menuangkan kata-kata, melainkan juga cara untuk menghidupkan nilai, membangun semangat, dan meninggalkan jejak untuk generasi mendatang. Dari ruang kelas sederhana di Aceh Besar, ia membuktikan bahwa seorang guru bisa menjadi penulis yang melintas batas, bahkan hingga ke kancah internasional.(Herman)

Exit mobile version