Kabarnanggrpe.com, Banda Aceh – Peringatan 20 tahun gempa dan tsunami Aceh menggema di seluruh Aceh, tak hanya daerah terdampak, tetapi juga yang tidak terkena bencana dahsyat itu. Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh yang menjadi saksi bisu kuatnya hantaman tsunami menjadi tonggak awal peringatan yang dihadiri pemimpin negeri ini, Pj Gubernur Aceh, Safrizal ZA.
Zikir dan doa terus didengungkan di masjid atau meunasah gampong, baik pada pagi hari, bertepatan dengan peringatan tsunami atau juga sesudahnya, malam hari. Momentum dua dekade ini harus digencarkan semua gampong, agar para generasi muda atau kelahiran sesudah tsunami tidak melupakan sejarah kelam Aceh ini.
Tsunami 26 Desember 2004 juga telah mampu menghentikan pemberontakan bersenjata berkepanjangan di Aceh yang dimulai era 70-an sampai kesepakatan damai Helsinki, Finlandia pada 15 Agustus 2025 atau sudah berlangsung lebih dari 30 tahun Ini juga momen bersejarah bagi Aceh, tidak ada lagi tumpah darah anak-anak Negeri Serambi Mekkah ini.
Tetapi, yang harus dibayar sangat mahal, puluhan ribu warga Aceh harus menjadi menjadi korban kedahsyatan tsunami yang ikut meluluhlantakkan apa saja yang dilewatinya, baik rumah, gedung atau infrasruktur jalan, jembatan dan lainnya. 20 Tahun bukanlah waktu yang baru, jika seseorang lahir saat tsunami, maka usianya sudah 20 tahun atau mulai beranjak dewasa.
Jadi, peringatan 20 tahun tsunami ini harus menjadi pengingat betapa mengerikan tsunami dan solidaritas luar biasa yang muncul sesudahnya dari berbagai kalangan masyarakat, juga negara-negara di dunia. Untuk mengenang hal itu, warga di Aceh kembali memperingatinya diawali di halaman Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.
Pemimpin negeri ini, Pj Gubernur Aceh Safrizal ZA juga ikut larut dalam zikir dan doa mengenang para syuhada tsunami. Tetapi, diawali dengan bunyi sirene tiga menit di seluruh Aceh pada Kamis (26/12/2024) pagi pukul 08.00 WIB untuk menghentikan seluruh aktivitas masyarakat, termasuk yang sedang mengendarai kendaraan agar ikut mengenang tsunami.
Warga yang hadir di lokasi peringatan tsunami sempat menangis mendengar raungan sirene, walau saat tsunami 26 Desember 2004, tidak ada suara itu, kecuali suara dentuman keras gelombang tsunami. Setelah itu, warga mengikuti doa bersama yang dilanjutkan dengan salah satu kisah menakjubkan korban selamat tsunami, Delita yang saat tsunami masih berusia 7 tahun dan harus menjalani amputasi kaki tiga kali.
Pj Gubernur Aceh, Safrizal ZA dalam kata sambutannya menyatakan solidaritas menjadi bagian penting dalam membangun kembali Aceh. “Peringatan 20 tahun Tsunami menjadi momentum merefleksikan nilai-nilai kebersamaan, ketangguhan, dan keimanan,” katanya yang merujuk kepada para korban selamat tsunami tetap memegang teguh imannya, bahwa segala sesuatunya telah menjadi ketentuan Allah SWT.
“Dalam menghadapi bencana yang begitu dahsyat ini, kita harus belajar, manusia tidak bisa berdiri sendiri, tetapi membutuhkan uluran tangan sesama, doa yang tulus, dan semangat gotong-royong untuk mengatasi segala tantangan ini,” ujarnya. Peristiwa itu disebut telah meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat Aceh, tetapi menjadi pengingat akan kebesaran Allah dan betapa kecilnya makhluk di hadapan-Nya.
Menurutnya, ketika berita tentang tsunami Aceh menyebar ke seluruh dunia, komunitas internasional bergerak dengan kecepatan dan solidaritas yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah kemanusiaan modern. “Lebih dari 60 negara, ratusan organisasi internasional, dan ribuan relawan dari berbagai penjuru dunia datang ke Aceh, membawa bantuan, harapan, dan semangat untuk bangkit kembali,” jelasnya,
“Kita menyaksikan bagaimana dunia bersatu untuk Aceh dan kita juga menyaksikan bagaimana ribuan relawan internasional bekerja sama tanpa kenal lelah,” tambahnya. Dikatakan, tsunami juga telah mengakhiri konflik antara RI dengan Gerakan Aceh Merdeka yang terjadi lebih dari 30 tahun.
Lewat momen peringatan tsunami, mantan Pj Bangka Belitung itu mengajak masyarakat untuk memperkuat keimanan, memperbaiki hubungan dengan Allah, dan meningkatkan kepedulian terhadap sesama. “Semoga hubungan persaudaraan yang telah terjalin selama dua puluh tahun ini dapat terus terjaga, bahkan semakin erat,” harapnya.
Dia menyatakan hal itu demi membangun dunia yang lebih baik, penuh kasih sayang, dan bebas dari penderitaan, khususnya Provinsi Aceh ini. “Marilah kita terus memperkuat solidaritas global, karena hanya dengan kebersamaan, kita mampu menghadapi tantangan-tantangan besar di masa depan,” tutur Safrizal.
Dalam peringatan kali ini, Pemerintah Aceh juga memberikan piagam dan apresiasi kepada negara-negara yang telah membantu Aceh saat bencana dahsyat 26 Desember 2004. Rangkaian peringatan ditutup dengan tausiah yang disampaikan KH Abdullah Gymnastiar atau dikenal dengan AA Gym yang juga dihadiri puluhan duta besar (Dubes) serta sejumlah konsulat negara asing yang iut membantu membangun kembali Aceh.
Aa Gym dalam tausiahnya mengulas tentang gempa dan tsunami Aceh di halaman Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, pada Kamis (26/12/2024), dihadiri seribuan orang dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari pejabat, pedagang, korban selamat tsunami dan lainnya.
Dia meminta masyarakat Aceh untuk menjadikan peristiwa bencana tsunami ini sebagai pelajaran spiritual. “Tsunami itu sebagai ujian bagi kita semua dan dengan ujian ini, Allah menggugurkan dosa-dosa,” ujarnya. Aa Gym juga menekankan pentingnya bersyukur dan berprasangka baik kepada setiap takdir Allah.
“Boleh jadi kita tidak suka, padahal itu baik menurut Allah dan boleh jadi kita suka, padahal itu tidak baik. Berbaik sangkalah kepada Allah walaupun yang diberikan tidak sesuai keinginan kita. Di balik setiap kejadian, ada hikmah yang dapat kita ambil, asal kita bersabar,” tuturnya.
Dia menegaskan bencana ini bagian dari takdir Allah dan semuanya harus tawakal, bersyukur, dan menjadikan ujian ini sebagai jalan mendekatkan diri kepada-Nya..”Bersyukur menjadi kunci kebahagiaan dan semua nikmat itu milik Allah dan datang dari-Nya,” jelasnya.
Sementara itu, peringatan tsunami juga dilaksanakan di kuburan massal Siron, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar dan kawasan Aceh Besar lainnya sampai Aceh Jaya dan sejumlah kabupaten/kota lainnya di Aceh.(Muh)