kabarnanggroe.com, Sudan — Tim pakar hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan insiden pemerkosaan sangat sering terjadi di Sudan Selatan sampai-sampai kaum perempuan tidak lagi merasa perlu untuk melaporkan serangan seksual yang dialaminya.
Para korban pemerkosaan minim akses ke perawatan medis dan trauma, termasuk mereka yang berkali-kali menjadi korban pemerkosaan oleh sekelompok orang.
Sebagian wanita bahkan pernah diperkosa hingga lima kali dalam sembilan tahun terakhir, kata panel pakar tersebut.
“Bayangkan saja diperkosa oleh banyak pria bersenjata, berusaha bangkit sendiri demi anak-anak Anda, dan kemudian hal itu terjadi lagi dan lagi dan lagi,” kata Yasmin Sooka, ketua panel tersebut seperti dilansir BBC Jumat (23/9/2022).
“Para wanita ini bertanya kepada kami kapan itu akan berhenti – 2013, 2016, 2018, 2021 dan sekarang pada 2022 – mereka mengatakan mereka terus menceritakan kisah mereka tetapi tidak ada yang berubah,” kata Sooka.
Beberapa desa di wilayah negara bagian Western Equatoria dan Unity – dimana pertempuran masoh terus berlangsung – tidak ada perawatan medis yang tersedia untuk korban pemerkosaan, kata panel tersebut.
“Kaum wanita diperkosa oleh pasukan bersenysaat mereka sedang mencari kayu bakar dan diancam dibunuh apabila mereka melaporkannya,” kata Prof. Andrew Clapham, seorang anggota panel.
Para pakar sedang menghadiri pertemuan-pertemuan di UN General Assembly di New York, Amerika Serikat untuk membicarakan situasi di Sudan Selatan.(Hidcom/*)