Alumni MIN 13 Aceh Besar Budayakan Wakaf

Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Kabarnanggroe.com, Aceh Besar — Wakaf bukanlah sesuatu yang sulit untuk dilaksanakan. Ia justru bisa menjadi kegiatan yang membudaya, menghidupkan semangat beribadah sosial, dan menggerakkan jiwa senantiasa memberi. Membiasakan diri dengan ibadah mulia ini terasa ringan ketika dilakukan dengan niat tulus, karena melakukan kebaikan adalah sumber kebahagiaan.

Membudayakan kebaikan seperti berwakaf membawa manfaat besar, bukan hanya bagi penerima, tetapi juga bagi pemberi. Wakaf menjadi amal jariyah yang mendatangkan keberkahan, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Tentu, membiasakan diri dalam kebaikan tidak selalu mudah. Godaan dan bisikan hati yang melemahkan semangat ibadah kerap datang, namun sebagai hamba yang beriman, kita diajarkan untuk menepis keraguan dan terus berbuat baik, baik dalam ibadah langsung kepada Allah maupun dalam bentuk ibadah sosial.

Sejumlah lembaga pendidikan mulai membudayakan wakaf sebagai bagian dari kesan akhir tahun pelajaran. Tradisi ini membawa dampak positif yang besar, menghadirkan kenangan manis sekaligus mengabadikan amal kebaikan yang pahalanya terus mengalir sepanjang masa.

Para murid kelas akhir MIN 13 Aceh Besar, telah tiga tahun berturut-turut membudayakan wakaf sebagai bagian dari tradisi kelulusan. Para alumni menyerahkan cenderamata berupa donasi uang untuk wakaf, menjadikannya sebagai kenangan akhir masa pendidikan sekaligus investasi akhirat. Selain membiasakan budaya wakaf siribee (seribu rupiah), mereka juga mengokohkan niat untuk meninggalkan jejak kebaikan yang berkelanjutan.

Tradisi ini merupakan apresiasi yang luar biasa dan dapat menjadi inspirasi bagi madrasah lainnya. Sebuah contoh nyata dalam membangun budaya sosial yang baik. Dengan bekal ilmu dan amal jariyah ini, semoga para alumni MIN 13 Aceh Besar diberi keberhasilan dalam naungan ridha Ilahi.

Madrasah yang terletak di Cot Gue, Darul Imarah, ini beberapa kali menerima wakaf berupa donasi dari alumni sebagai kenangan perpisahan. Pada tahun 2023, alumni menyumbangkan uang wakaf untuk pembelian semen, yang digunakan untuk mengecor bangunan kelas yang belum rampung. Walaupun tidak dalam jumlah besar, kontribusi ini sangat membantu proses pembangunan.

Tahun 2024, alumni kembali berwakaf dalam bentuk uang yang digunakan untuk pembelian keramik lantai. Wakaf ini mempercepat proses pembangunan ruang kelas baru. Dan pada tahun 2025, alumni kembali menyerahkan wakaf, meskipun penggunaannya belum ditentukan oleh Kepala Madrasah, Agus Salim, S.Pd. Yang pasti, dana tersebut akan dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan fasilitas madrasah yang masih berlanjut.

Bangunan kelas yang tengah dikerjakan kini telah mencapai 60% penyelesaian. Gedung dua lantai ini mulai dibangun saat kepemimpinan Jufruddin, S.Ag, dan berkat kegigihannya, pondasi bangunan berdiri kokoh. Kini, di bawah kepemimpinan Agus Salim, S.Pd, dua ruang di lantai satu sudah digunakan sebagai kelas 3. Sementara itu, aula di lantai dua hampir rampung dan segera bisa difungsikan. Semoga Allah memudahkan segala proses pembangunan hingga tuntas dan bermanfaat luas.

Wakaf ini adalah bentuk nyata dari kontribusi terhadap kemajuan pendidikan. Wakaf uang menjadi aset berharga dan investasi akhirat bagi para wakif, para alumni yang mewariskan kebaikan. Semoga kebaikan ini menjadi bekal bagi anak-anak dalam meraih kesuksesan dunia dan akhirat, serta menjadikan mereka generasi yang saleh dan salihah.

Mari kita terus membudayakan wakaf, sebagaimana yang pernah dianjurkan oleh Gubernur Aceh, Muzakkir Manaf, melalui program Gerakan Aceh Berwakaf (GAB). Semoga langkah ini menjadi awal dari gelombang kebaikan yang lebih besar dan berkontribusi dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, dan gemar beribadah sosial.

*Penulis Buku Wakaf di Aceh: Tradisi, Inovasi, dan Keberkahan

Exit mobile version