Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Tugu Kilometer Nol Banda Aceh di Gampong Pande, Kecamatan Kutaraja, sebuah kawasan pariwisata yang menarik untuk dikunjungi wisatawan lokal, nusantara maupun mancanegara.
Tentu saja, tidaklah terkenal seperti kawasan pariwisata Ulee Lheue, padahal berada dalam satu garis jalan di sisi pantai yang eksotis. Dari Ulee Lheue, sudah ada jalan tembus ke Tugu Kilometer Nol, yang juga menyimpan bukti sejarah panjang Aceh.
Di tempat ini, yang awalnya ada warung kopi atau tempat singgah nelayan telah diganti dengan gedung dan taman yang indah, termasuk tulisan Kilometer Nol Banda Aceh yang berada dekat jembatan ke kawasan pantai.
Nelayan di sini, bukanlah melaut ke lautan lepas, tetapi menggunakan pukat yang ditarik beramai-ramai untuk menangkap ikan yang biasanya dilakukan pada pagi dan sore hari.
Bahkan, pada hari libur, Sabtu dan Minggu, saat pukat ditarik ke garis pantai, para pengunjung mengerubunginya untuk melihat jenis ikan yang didapat dalam pukat.
Bahkan, dengan satu-satunya cara menangkap ikan dengan pukat telah menarik para pengunjung yang datang berlibur sambil membawa pulang ikan hasil tangkapan nelayan.
Ikan segar yang baru didapat dari pukat ditawarkan nelayan tidaklah mahal, cukup terjangkau untuk semua kalangan. Bahkan, dengan uang Rp 10 ribu sudah bisa membawa pulang ikan kecil.
Biasanya, jenis ikan yang didapat beragam, dari ukuran kecil sampai besar, tergantung musimnya. Pada akhir pekan ini, seusai nelayan mengumpulkan ikan dari pukat, pengunjung langsung datang untuk membeli.
Keunikan di kawasan ini, bukan hanya ikan segar, tetapi pemandangan yang eksotis dengan muara yang terbentang di antara dua pegunungan, tempat nelayan membawa pulang hasil tangkapan ikan.
Bahkan, di tempat ini juga terdapat spot yang biasanya didatangi para pehobi untuk memancing ikan. Apalagi, sudah disediakan balok beton kecil untuk duduk sambil memancing ikan dengan pemandangan di seberang sungai, seratusan boat nelayan berlabuh di Lampulo.
Selain itu, kuliner juga tersedia di warung yang dibangun masyarakat dekat pantai, sehingga dapat menikmati pemandangan sore hari yang indah, terutama saat matahari terbenam dengan sunset yang memancar indah di langit.
Salah seorang pedagang yang sempat ditemui pada Kamis (22/5/2025) siang, pengunjung biasanya ramai pada hari Sabtu dan Minggu, tetapi pada hari biasa juga ada, tetapi tidak banyak, khususnya pada sore hari yang ingin menikmati indahnya matahari terbenam.
Pedagang dengan gerobak juga banyak ditemukan setiap akhir pekan, mulai dari tugu sampai jembatan yang menghubungkan ke Ulee Lheue, tempat wisata favorit warga Banda Aceh.
Selain itu, tugu Kilometer Nol Banda Aceh juga sebagai pengingat sejarah di Aceh. Titik nol yang berada di kawasan Gampong Pande, Kecamatan Kuta Raja itu merupakan cikal bakal lahirnya Ibu Kota Provinsi Aceh.
Jadi, bagi warga luar Aceh, dapat mengunjungi kawasan ini untuk berliburan sambil menikmati kuliner atau juga memancing di area terbuka bersama pemancing lainnya yang selalu hadir.
Di tempat ini, juga terdapat boat nelayan yang terdampar akibat menghantam batu besar penahan ombak. Para pengunjung juga dapat duduk di tepi pantai dengan tempat disediakan pemilik warung.
Jadi, tidaklah salah, jika wisatawan nusantara dan juga mancanegara memasukkan tugu Kilometer Nol dalam agenda kunjungan ke Banda Aceh. Untuk menuju ke tempat tersebut tidaklah jauh dari pusat kota.
Wisatawan dapat menggunakan jasa taksi online atau juga transportasi murah meriah, becak heritage tour yang diprakarsai Dinas Pariwisata Banda Aceh untuk wisatawan lokal, nusantara dan mancanegara untuk datang ke tugu Kilometer Nol ini.(Muh)