Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Dua perbankan yang beroperasi di Provinsi Aceh, Bank Aceh Syariah (BAS) dan Bank Syariah Indonesia (BSI) harus mengubah pola penyaluran dana kredit kepada masyarakat, khususnya kelompok usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang tersebar sampai wilayah pedesaan.
Mariadi ST MM, salah seorang nasabah kedua bank tersebut di Banda Aceh, Sabtu (20/9/2025) malam mengaku heran dengan kinerja perbankan di Aceh, padahal hanya tinggal dua lagi, lainnya sudah hengkang seiring pemberlakuan bank syariah.
Dia menyatakan dengan minimnya perbankan di Aceh, maka masyarakat tidak punya pilihan lain dalam upaya mendapatkan kredit dalam sistem mudharabah untuk meningkatkan usahanya lebih berkembang lagi.
Dicontohkan, seperti usaha warung kopi (warkop) yang baru menjalankan usahanya satu atau dua tahun sangat membutuhkan dana tambahan untuk melengkapi berbagai fasilitas pendukung, sehingga akan lebih ramai lagi pengunjung yang datang.
Disebutkan, saat petugas bank melakukan survei ke sebuah lokasi, sebelum memberi persetujuan kredit, tentunya ada unit usaha kecil yang disinggahi, tetapi diabaikan. “Inilah perilaku yang harus diubah, petugas bank seharusnya bertanya, apakah butuh modal bank atau tidak, bukannya hanya melihat, kemudian berlalu pergi,” katanya.
Dia berharap pola lama yang diterapkan sudah tidak sesuai lagi, bank hanya menunggu nasabah datang, seharusnya menjemput bola bagi kelompok yang belum pernah mendapat pinjaman dari bank untuk meningkatkan bisnisnya.
Mariadi juga mengungkapkan selama menjadi nasabah bank, tidak pernah mendapat apresiasi apa pun, padahal bagi hasil yang diperoleh bank dari plafon kredit yang diambilnya, masuk golongan besar.
Sebelumnya, Ketua OKK DPP Ikatan Developer Real Estate Indonesia (Ikaderi), Afwal Winardy ST MT menyatakan BSI tidak boleh hanya menunggu bola, tetapi juga menjemput bola ke kelompok UMKM yang tersebar di seluruh wilayah Aceh, mulai dari timur, tengah dan barat-selatan Aceh.
“Inilah kondisi dunia usaha di Provinsi Aceh hari ini, sikap perbankan tidak juga berubah dari dulu, walau yang beroperasi hanya bank syariah,” katanya. Disebutkan, potensi usaha di Aceh tinggi, tetapi dukungan perbankan tidak sepenuh hati, makanya tidak berkembang.
Sementara itu, seorang pengamat perekonomian Aceh, Dr Taufiq A Rahim SE MSi yang dihubungi terpisah menyatakan BSI tidak seksi bagi masyarakat kecil, bahkan tidak dekat dengan basic sektor dan sektor riil di Aceh.
Dia hanya berharap, kondisi ini harus berubah dengan mendekatkan diri ke sektor riil dan produktif, sehingga perekonomian Aceh dapat tumbuh dengan baik.(Muh)