Kabarnanggroe.com, Banda Aceh – Perayaan 1 tahun Hari Kopi atau Aceh Coffee Day 2025 di Taman Seni Budaya Aceh (TSBA) menghadirkan penampilan penyair muda Aceh, Ansar Salihin yang akrab disapa Win Ansar. Ia tampil membacakan sejumlah puisi bertema kopi dalam rangkaian acara Kolaborasi Etnik Nusantara, Sabtu (20/9/2025).
Ansar membuka penampilannya dengan “Mantra Kopi”, yang biasa dibacakan penyair nasional asal Aceh, Fikar W. Eda. Dengan suara penuh penghayatan, ia menyampaikan bait-bait yang menempatkan kopi sebagai bagian dari kehidupan dan alam semesta. Selanjutnya, Ansar membawakan puisi “Kopi Pagi” karya Fikar W. Eda serta sebuah puisi kopi karya Salman Yoga.
“Membaca puisi tentang kopi adalah cara kita merayakan budaya sekaligus mengenang kerja keras para petani. Kopi bukan sekadar minuman, melainkan bahasa yang menyatukan manusia dalam doa, cinta, dan harapan,” ujar Ansar Salihin usai penampilannya.
Sementara itu, Ramadhan Moeslem Arrasuly, Ketua Panitia sekaligus inisiator Hari Kopi, mengapresiasi kehadiran penyair dalam perayaan tersebut. “Kami ingin Aceh Coffee Day tidak hanya menjadi ajang menikmati kopi, tetapi juga ruang ekspresi seni dan budaya. Kehadiran puisi dari Ansar Salihin memberi makna lebih dalam, bahwa kopi adalah sumber inspirasi bagi banyak karya,” ujarnya.
Ansar Salihin adalah guru Seni Budaya di MAN 1 Aceh Besar sekaligus penyair muda yang telah menerbitkan sejumlah karya, termasuk antologi puisi Emun. Kehadirannya dalam Aceh Coffee Day 2025 menambah dimensi sastra yang memperkaya perayaan kopi.
Melalui lantunan puisinya, Ansar menegaskan bahwa kopi tidak hanya sekadar minuman, tetapi juga sumber inspirasi, identitas, dan karya seni yang melintasi ruang dan waktu.
Acara Kolaborasi Etnis Nusantara juga juga dimerihakan oleh penampilan dari berbagai komunitas. Musik band Made in Made berkolaborasi dengan Nada Zayyana Haula, disusul vokal solo dari Jesslyn Laorencia dan Riris Aritonang dari Yayasan Hakka Aceh. Aceh. Penyair muda Andi Nasywa dari Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan juga turut tampil membacakan puisi, sementara Nada Zayyana Haula kembali memukau lewat permainan biola tunggal. Suasana semakin beragam dengan lagu Melayu oleh Rusma Harda, rap penuh energi dari Askin Alimdan (Himpunan Mahasiswa Papua Aceh), musik tradisi Sunda oleh Paguyuban Pasundan Aceh, hingga musik Tambua dan Tari Piring oleh Ikatan Keluarga Minang (IKM).(Herman/*)