Media Sosial Ciptakan Ilusi Hidup Sempurna, Picu Masalah Mental di Kalangan Gen Z

Kabarnanggroe.com — Penggunaan media sosial semakin memperlihatkan sisi negatifnya, terutama di kalangan Gen Z. Platform ini sering kali menampilkan hanya aspek positif dari kehidupan seseorang, menciptakan ilusi kehidupan yang sempurna. Ilusi tersebut memicu kecenderungan membandingkan diri dengan orang lain, yang dapat berakibat pada masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi.

Prof. Dr. Dian R. Sawitri, Guru Besar Psikologi Universitas Diponegoro (UNDIP), menegaskan bahwa media sosial memberi ruang bagi individu untuk menyebarkan konten secara luas dan cepat. Namun, sifat dinamisnya juga membuka potensi dampak buruk, terutama jika konten negatif dan perbandingan sosial yang tidak sehat mendominasi. “Konten seperti ini dapat menurunkan rasa percaya diri,” ujarnya dalam diskusi bertema “Benarkah Gen Z Rentan Depresi? Kesehatan Mental di Tengah Dinamika Kehidupan Digital.”

Fenomena Second Account dan Distraksi Digital

Sawitri juga mencatat bahwa Gen Z sering memiliki dua akun media sosial—akun utama dan second account—untuk menampilkan kepribadian yang berbeda. Fenomena ini menunjukkan adanya masalah kepercayaan diri, di mana mereka merasa tidak nyaman untuk sepenuhnya menjadi diri sendiri di ruang publik digital.

Hastaning Sakti, akademisi psikologi dari UNDIP, menambahkan bahwa Gen Z seringkali menunjukkan perilaku berbeda di dunia digital. “Ada kecenderungan minim etika, bahkan tak segan memaki orang tua di media sosial, meski tidak saling kenal,” jelasnya.

Selain itu, penggunaan media sosial tanpa kontrol bisa memicu kecanduan digital. Gen Z, yang sangat terhubung dengan gadget, kerap mengalami gangguan konsentrasi dan sulit memisahkan dunia digital dari kehidupan nyata. Tantangan lainnya adalah tingginya angka pergaulan bebas, maraknya fenomena kumpul kebo, serta meningkatnya kasus kecanduan rokok, alkohol, dan narkoba di kalangan remaja.

Risiko Cyberbullying dan Tekanan Sosial

Aurora Ardina Fawwaz, seorang konselor sebaya dari gerakan Kita Teman Cerita, menyebut bahwa media sosial sering membangun standar yang tidak realistis terkait penampilan dan prestasi. Hal ini menyebabkan banyak remaja merasa tertekan dan tidak berharga karena berusaha memenuhi ekspektasi yang tidak realistis. “Cyberbullying juga menjadi masalah serius, di mana seseorang bisa menjadi target pelecehan secara verbal,” tambahnya.

Peran Penting Komunikasi dan Manajemen Penggunaan Media Sosial

Para pakar yang hadir dalam diskusi tersebut menekankan pentingnya mengatur penggunaan media sosial secara bijak. Membatasi waktu penggunaan (screen time), menetapkan tujuan positif dalam bermedia sosial, dan lebih berhati-hati dalam berinteraksi di dunia maya adalah beberapa langkah yang bisa diambil untuk menjaga kesehatan mental.

Hastaning Sakti juga mengingatkan bahwa setiap generasi menghadapi tantangan zamannya. “Gen Z perlu menyesuaikan diri dengan generasi sebelumnya dan bersiap menghadapi generasi berikutnya, yaitu Generasi Alpha, yang lebih peka terhadap perkembangan teknologi digital,” katanya. Ia menggarisbawahi bahwa mendidik anak sesuai konteks zamannya sangat penting agar mereka bisa tumbuh dengan baik.

Gen Z sebagai Generasi Emas Masa Depan

Meskipun Gen Z sering mendapat stigma sebagai generasi rapuh atau “generasi stroberi”, para ahli berpendapat bahwa mereka memiliki potensi besar. Dengan 29% populasi Indonesia terdiri dari Gen Z, mereka diharapkan menjadi generasi produktif dan unggul di masa depan.

“Mereka menghargai otonomi, mengutamakan keseimbangan hidup, dan menginginkan transparansi serta fleksibilitas dalam bekerja. Oleh karena itu, penting bagi Gen Z untuk mengembangkan keterampilan mereka guna menghadapi dunia kerja yang semakin dinamis pada tahun 2025,” ujar Hastaning.

Diskusi ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk LP3ES, Universitas Paramadina, INDEF, dan KITLV Leiden. Mereka sepakat bahwa dukungan untuk kesehatan mental dan pendidikan yang tepat akan menjadi kunci dalam mempersiapkan Gen Z menghadapi tantangan masa depan.

Exit mobile version