Tak Harus Kaya untuk Naik Haji: Nek Ti Usia 90 Tahun, Buktikan dengan Keringat dan Ketekunan

Penjual Kue Tradisional Aceh, Nek TiJamaah Haji Inspiratif Asal Pidie Jaya

Kabarnanggroe.com, Pidie Jaya – Di sebuah rumah sederhana di Meunasah Jurong, Kecamatan Ulim, aroma harum kue tradisional Aceh masih sesekali tercium dari dapur kecil milik Nek Ti. Perempuan 90 tahun yang bernama lengkap Ny. Katidjah Ismail Adam ini, adalah sosok tangguh yang hidupnya dipersembahkan untuk keluarga, ketekunan, dan satu impian besar: berhaji ke Tanah Suci.

Sejak usia muda, tangan Nek Ti telah terbiasa bermain dengan adonan. Ia lihai membuat beragam kue khas Aceh—kue karah, dodol, meuseukat, dan kue-kue tradisional lainnya yang kemudian ia titipkan di warung-warung dan toko kue sekitar Gampongnya. Hasil keuntungannya tak seberapa, namun perlahan-lahan ia sisihkan demi masa depan yang ia yakini penuh berkah.

“Lon kon ureung kaya tapi ureung gasien yang jeut peugot kueh dan meukat kueh bacut-bacut dan lon simpan laba jih untuk bloe meuh. Meuh nyan lon publoe untuk daftar haji” tutur Nek Ti

“Saya bukan orang kaya, tapi saya bisa bikin dan jual kue. Untung sedikit-sedikit saya simpan. Saya beli emas, lalu emas itu saya jual untuk daftar haji,”.

Setelah suaminya meninggal dunia di usia yang masih muda, Nek Ti membesarkan satu anak yang merupakan anak tiri dari pernikahannya. Hidup tak pernah benar-benar mudah, namun ia jalani dengan ikhlas dan keteguhan hati.

Impian menunaikan ibadah haji akhirnya datang juga. Pada tahun 2018, ia resmi mendaftar. Dan kini, setelah menunggu selama tujuh tahun, Nek Ti menerima kabar yang begitu menggetarkan hatinya—namanya termasuk dalam daftar jamaah haji tahun 2025 atau 1446 Hijriyah.

Saat petugas Kemenag bersama Keuchik Gampong (Kepala Desa) mendatangi rumahnya membawa kabar tersebut, Nek Ti sempat mengira mereka hanya sekadar bersilaturahmi. Namun ketika kabar kepastian keberangkatan haji disampaikan, air matanya tumpah.

Meski bahagia, hatinya juga digelayuti kesedihan. Ia harus berangkat tanpa anak yang selama ini menemaninya. Bukan karena tidak ingin, tetapi karena regulasi haji tidak memungkinkan sang anak mendampinginya tahun ini.

Kepala Kantor Kemenag Pidie Jaya, Mulyadi, membenarkan hal ini. “Anak beliau tidak dapat berangkat bersama karena terkait aturan pendampingan mahram yang diatur dalam Peraturan Menteri Agama No. 13 Tahun 2018. Anaknya akan berangkat pada tahun berikutnya sesuai nomor antrean.”

Kini, di usianya yang telah menginjak sembilan dekade, Nek Ti tetap mempersiapkan diri dengan semangat luar biasa. Meski sempat mengalami patah kaki beberapa tahun lalu, ia rutin berlatih jalan agar kuat melaksanakan ibadah. Tongkat tak menyurutkan niatnya; tubuh boleh renta, tapi semangatnya tetap muda.

Satu pesan ia sampaikan kepada generasi muda, terutama kepada kami dari tim Humas Kemenag Aceh: “Daftar haji saja dari sekarang. Tidak perlu kaya. Kalau saya bisa dari hasil jualan kue dan tabung emas, kalian pasti bisa.”

Dengan menjual delapan mayam emas terakhirnya untuk pelunasan biaya dan keperluan pribadi, ia bersiap menapaki jejak para tamu Allah. Nek Ti tergabung dalam kloter 5 Embarkasi Aceh, dan kini, tinggal menghitung hari hingga ia menginjakkan kaki di Tanah Suci—buah dari kerja keras, kesabaran, dan doa yang tak pernah putus.

Sumber : Tim Humas Kemenag Aceh

Exit mobile version