Disdikbud Banda Aceh Tinjau Implementasi “Program Sedati Aceh” di SMP 3 B. Aceh

Siswi SMP Negeri 3 Banda Aceh terlihat menggunakan kain Aceh sebagai bentuk implementasi program Seudati Aceh, Kamis (8/9/2022). FOTO/HUMAS DISDIKBUD BANDA ACEH
Siswi SMP Negeri 3 Banda Aceh terlihat menggunakan kain Aceh sebagai bentuk implementasi program Seudati Aceh, Kamis (8/9/2022). FOTO/HUMAS DISDIKBUD BANDA ACEH

KabarNanggroe.com, Banda Aceh – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Banda Aceh Sulaiman Bakri, SPd, MPd didampingi Kepala Bidang SMP Evi Susanti, S.Pd, M.Si. meninjau implementasi program Sehari Berbudaya Pasti Aceh (Sedati Aceh) yang diluncurkan oleh Disdikbud Banda Aceh beberapa waktu lalu, di SMP Negeri 3 Banda Aceh, Kamis (8/9/2022).

Sulaiman Bakri mengatakan, program Sedati Aceh ini dilaksanakan untuk menjawab Ruang Kearifan Lokal yang diberikan oleh Kementrian Pendidikan, kebudayaan dan Ristek untuk ditanamkan kepada siswa disetiap sekolah yang ada di daerah. Serta juga atas Arahan Bapak PJ Walikota H. Bakri Siddiq S.E. M.Si, agar anak-anak Kota Banda Aceh Harus tau san Mengerti tentang Budaya ke acehan dan sifat-sifat Taqzim untuk orang tua dan Guru.

“Jadi pelaksanaan program Sedati Aceh merupakan jawaban Pemerintah Kota Banda Aceh terhadap ruang tersebut didalam Kurikulum Merdeka” katanya.

Ia juga mengatakan, ini langkah awal pelaksanaan program Sedati ini adalah bagaimana menumbuhkan rasa cinta terhadap daerahnya, Negaranya dan hormat kepada Orang Tua, Guru serta kepada kawan-kawan.

SMP 3 Banda Aceh merupakan sekolah yang siap dan perdana melaksanakan program ini tuturnya.

Kepalas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Banda Aceh Sulaiman Bakri, SPd, MPd didampingi Kepala Bidang SMP Evi Susanti, S.Pd, M.Si, dan Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Banda Aceh, Rima Afriani, SPd, MPd, berdialog dengan siswa SMP Negeri 3 Banda Aceh saat meninjau implementasi program Seudati Aceh, Kamis (8/9/2022). FOTO/HUMAS DISDIKBUD BANDA ACEH

Menurut Sulaiman bakri, jika tidak dimulai dari sekarang, bisa jadi anak-anak lupa bahkan tidak tahu budaya Aceh yang ada, karena saat ini anak-anak indentik dengan modernisasi.

“Kita khawatir mereka lupa akan keuneubah indatu (peninggalan nenek moyang), Sedati Aceh sebagi program pengingat pentingya menjaga dan melestarikan budaya Aceh yang sudah ada sejak dulu,” ungkap Kadisdikbud.

Ia menjelaskan, target utama dari implementasi program Sedati Aceh adalah bagaimana kearifan lokal ini dapat masuk dalam kurikulum belajar di sekolah.

“Kita punya target besar, bagaimana gerakan Sedati Aceh ini nantinya akan masuk dalam kurikulum belajar di sekolah, baik di pendidikan PAUD, SD maupun SMP di Kota Banda Aceh,” jelasnya.

Pelaksanaan program Sedati Aceh ini akan diberlakukan untuk setiap jenjang pendidikan, namun pelaksanaannya tergantung pada kesiapan sekolah itu sendiri. Nah untuk saat sekarang ternyata SMP Negeri 3 B.Aceh telah siap melaksanakannya..

Ia menambahkan, pelaksanaan program Sedati Aceh ini tidak harus membebankan orang tua khususnya dari segi biaya, untuk sementara waktu kearifan lokal yang diterapkan adalah memakai pakaian keAcehan dan berbahasa Aceh setiap hari Kamis serta menghentikan segala proses PBM begitu waktu shalat dan unt shalat berjamaah baik siswa maupun guru.

“Kita sampaikan kepada sekolah, bahwa pelaksanaan program Sedati Aceh tidak harus membebankan orang tua dan siswa,” tegasnya.

Sulaiman Bakri menjelaskan, untuk saat ini, program Sedati Aceh belum masuk dalam kurikulum belajar secara resmi, tetapi kita kolaborasikan dengan kurikulum yang ada. Menurutnya butuh proses untuk memasukan materi kearifan lokal dalam kurikulum belajar.

“Untuk berhasil kita jalankan program ini Sulaiman bakri mengharapkan dukungan semua pihak, Komite sekolah, Masyarakat, orangtua serta stakholder lainnya, sehingga cita2 mulia ini bisa berjalan lancar.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Banda Aceh, Rima Afriani, SPd, MPd, mengatakan pihaknya menyambut baik program yang diluncurkan Disdikbud dan Pj Wali Kota Banda Aceh yang melaksanakan program Sedati Aceh untuk setiap sekolah.

“Pastinya kita menyambut baik program ini, karena ini menumbuhkan kembali semangat melestarikan khazanah Aceh yang secara perlahan mulai terkikis akibat modernisasi,” ungkapnya.

Rima juga menjelaskan, siswa sekolah saat ini disibukkan dengan gadget yang secara otomatis secara perlahan mengikis pemahaman anak-anak terhadap keaneka ragaman budaya Aceh.

“Contoh kecil saja, hari ini ada anak-anak Aceh yang tidak bisa berbahasa Aceh, jadi, kami sangat antusias untuk melalsanakan program Sedati Aceh ini,” pungkas Rima. (**)

Exit mobile version