Pj Bupati Iswanto Buka Workshop Penyusunan RAD Penanggulangan Pneumonia dan Diare

Pj Bupati Muhammad Iswanto SSTP MM membuka kegiatan Workshop penyusunan rencana aksi daerah penanggulangan Pneumonia dan diare, yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar, bertempat di Gedung Dekranasda Gampong Gani, Ingin Jaya, Jumat (06/12/2024). FOTO/MC ACEH BESAR

Kabarnanggroe.com, KOTA JANTHO- Penjabat (Pj) Bupati Muhammad Iswanto SSTP MM membuka kegiatan Workshop penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) penanggulangan pneumonia dan diare, yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar, di Gedung Dekranasda Aceh Besar, Gampong Gani, Kecamatan Ingin Jaya, Jumat (06/12/2024).

Dalam sambutannya, Muhammad Iswanto menyampaikan, Pneumonia dan diare masih menjadi penyebab utama kematian anak pasca natal. Indonesia termasuk dalam 15 negara dengan jumlah kematian balita akibat pneumonia dan diare tertinggi. Menurut Laporan Perkembangan Pneumonia dan Diare pada tahun 2020 menyebutkan bahwa terdapat 27.422 kematian akibat penyakit tersebut.

“Pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut pada paru-paru dan penyakit ini dapat diobati jika didiagnosis sedini mungkin dan dapat dicegah dengan imunisasi,” katanya.

Menurut data Kesehatan Indonesia pada tahun 2021 pneumonia dan diare masih menjadi penyebab kematian terbesar kedua dengan angka 14% pada anak berusia 29 hari–11 bulan. Angka ini meningkat dibandingkan data tahun 2020 hanya berkisar 9,8%.

“Diare juga menjadi penyebab kematian nomor satu pada anak usia 12 bulan hingga 5 tahun. Dilaporkan bahwa 10,3% kematian pada anak balita disebabkan oleh diare,” ujarnya.

Pj Bupati Muhammad Iswanto SSTP MM membuka kegiatan Workshop penyusunan rencana aksi daerah penanggulangan Pneumonia dan diare, yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar, bertempat di Gedung Dekranasda Gampong Gani, Ingin Jaya, Jumat (06/12/2024). FOTO/MC ACEH BESAR

Sedangkan, data Dinas Kesehatan Aceh pada tahun 2022 menyebutkan, Pneumonia merupakan penyebab kematian balita tertinggi kedua, sedangkan diare merupakan penyebab kematian pascaneonatal tertinggi ketiga.

“Tapi, kasus pneumonia pada balita di Aceh masih rendah, karena kita mampu memberikan pelayanan standar kepada masyarakat terkait kasus Pneumonia ini,” tutur Iswanto.

Muhammad Iswanto, menyebutkan, pada tahun 2023 Kementerian Kesehatan Indonesia meluncurkan Rencana Aksi Nasional 2023-2030 untuk Pneumonia dan Diare. Sedang Pemerintah Kabupaten Aceh Besar saat ini sudah berkerja sama dengan pihak Unicef dan Unsyiah untuk menyusun RAD mengenai kasus pneumonia dan diare.

“Rencana ini menyatukan layanan dan intervensi penting untuk menciptakan lingkungan yang sehat, mempromosikan praktik yang dapat melindungi anak-anak dari penyakit dan memastikan setiap anak memiliki akses pada tindakan pencegahan dan pengobatan yang tepat,” sebutnya.

Pj Bupati Muhammad Iswanto SSTP MM foto bersama dengan peserta Workshop penyusunan rencana aksi daerah penanggulangan Pneumonia dan diare, yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar, bertempat di Gedung Dekranasda Gampong Gani, Ingin Jaya, Jumat (06/12/2024). FOTO/MC ACEH BESAR

Muhammad Iswanto berharap kepada seluruh peserta untuk berkontribusi secara aktif dalam penyelesaian RAD Pneumonia dan Diare ini. Sedangkan Dinas Kesehatan yang merupakan ujung tombak pemegang data mohon bekerja sama dalam memberikan data sesuai dengan kebutuhan penyusunan RAD, karena draft RAD ini harus sudah di upload paling lambat tanggal 23 Desember 2024.

“Mohon kerja sama semuanya agar penyelesaian draft RAD ini dapat diselesaikan tepat waktu dan juga saya ucapkan terimakasih kepada Unicef dan Unsyiah yang telah mensuport dalam penyusunan RAD ini, semoga dapat melahirkan draft RAD sesuai tujuan yang diharapkan,” harap Iswanto.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Aceh Besar, Anita, SKM, MKes , mengungkapkan, sejak tahun 2023 kasus pneumonia di kabupaten Aceh Besar sebanyak 321 kasus dan di tahun 2024 sebanyak 332 kasus. Sedangkan untuk kasus Diare pada tahun 2023 sebanyak 3511 kasus, sementara ditahun 2024 sebanyak 2567 kasus.

“Alhamdulillah, kasus pneumonia dan diare di Aceh Besar masih tergolong rendah, sehingga diperlukan upaya-upaya yang lebih optimal dan serta dukungan lintas sektor terkait Pneumonia dan diare ini agar dapat dilaksanakan pencegahan dan penanggulangannya,” imbuhnya.

Turut dihadiri, Asisten I Sekdakab Aceh Besar, Perwakilan Unicef, Perwakilan USK dan pesta Workshop.(**)

Exit mobile version