Sommer Jadi Tembok Kokoh, Lamine Yamal Gagal Jadi Pahlawan

Pemain Barcelona Lamine Yamal (kanan) melepaskan tembakan ke gawang di depan kiper Inter Milan Yann Sommer (kiri) dan pemain Inter Milan Federico Dimarco pada pertandingan leg kedua semifinal Liga Champions antara Inter Milan vs Barcelona di Stadion San Siro di Milan, Italia, Selasa, 6 Mei 2025. (AP/Luca Bruno)

Kabarnanggroe.com, MILAN – Mimpi Barcelona untuk kembali ke final Liga Champions pupus di tangan Inter Milan setelah kalah dramatis 3-4 (agregat 6-7) pada leg kedua semifinal di Stadion San Siro, Rabu (7/5/2025) dini hari WIB. Sorotan utama tertuju pada duel epik antara bintang muda Lamine Yamal dan penjaga gawang veteran Yann Sommer.

Di menit-menit akhir perpanjangan waktu, tepatnya pada menit ke-96, Barcelona mendapatkan peluang emas. Lamine Yamal yang tampil impresif sepanjang laga berhasil menerobos pertahanan Inter dan tinggal berhadapan satu lawan satu dengan Sommer. Namun, di momen penentuan, tembakannya dengan kaki kiri terlalu lemah dan langsung diamankan oleh sang kiper asal Swiss.

Kesempatan tersebut bisa saja mengantarkan Barcelona ke final pertama mereka sejak 2015. Namun, penampilan cemerlang Sommer menutup semua celah. “Penyelamatan terakhir itu takkan saya lupakan. Yamal adalah talenta luar biasa. Saya hanya berusaha menebak dan beruntung bisa menghentikannya,” ujar Sommer seusai pertandingan.

Inter sempat tertinggal lewat gol Raphinha di menit ke-87, tetapi kembali bangkit melalui Francesco Acerbi, yang membawa laga ke perpanjangan waktu. Skor 4-3 untuk Inter bertahan hingga akhir, cukup untuk memastikan tiket ke final dengan keunggulan agregat tipis.

Meski gagal mencetak gol kali ini, Lamine Yamal tetap tampil impresif dengan sejumlah aksi memukau. Pada menit ke-77, tendangan kerasnya dari luar kotak penalti hampir saja membobol gawang Inter, sebelum Sommer kembali menunjukkan refleks luar biasa untuk menepisnya dengan ujung jari.

Yamal yang baru berusia 17 tahun terlihat kecewa berat usai laga. Ia menutupi wajahnya dengan jersey dan tampak murung saat berjalan keluar lapangan. “Ia akan belajar dari momen ini,” ujar pelatih Xavi Hernández. “Kami kalah dengan kepala tegak.”

Barcelona harus menunda ambisinya mengakhiri paceklik gelar Eropa, sementara Inter Milan melangkah ke final untuk kedua kalinya dalam tiga tahun terakhir, membawa harapan besar bagi tifosi Nerazzurri.

Exit mobile version