Kabarnanggroe.com, Banda Aceh, 6 Februari 2025 – Suasana penutupan Marssal XI MTsN 1 Model Banda Aceh semakin meriah dengan penampilan memukau tari Guel yang dibawakan oleh siswa dan siswi madrasah tersebut. Tarian khas suku Gayo ini berhasil menghipnotis para penonton di halaman madrasah setempat meskipun cuaca panas menyengat.
Grup tari Guel ini merupakan binaan dari Reza Fahlevi, salah satu guru di MTsN 1 Model Banda Aceh. Dengan gerakan yang harmonis dan irama yang khas, para penari berhasil membawa suasana menjadi penuh semangat dan kegembiraan. Penampilan ini menjadi hiburan tersendiri bagi seluruh hadirin sambil menunggu pengumuman para pemenang lomba.
Tari Guel sendiri memiliki berbagai fungsi, di antaranya sebagai hiburan, bagian dari upacara adat, serta sebagai wujud pelestarian budaya. Dalam aspek hiburan, tarian ini sering ditampilkan sebagai tontonan rakyat maupun tari sambutan dalam acara tertentu. Sebagai bagian dari upacara adat, Tari Guel kerap hadir dalam berbagai ritual, perayaan adat, serta upacara pernikahan. Selain itu, tarian ini juga menjadi salah satu bentuk pelestarian budaya, mencerminkan identitas suku Gayo dan menyimpan banyak simbol sejarah masyarakat Gayo di Provinsi Aceh.
Tari Ratoh Jaroe dari Sanggar Ceudah Meutuah MTsN 1 Model Banda Aceh
Selain Tari Guel, penutupan Marssal XI juga dimeriahkan dengan penampilan Tari Ratoh Jaroe yang dibawakan oleh Sanggar Ceudah Meutuah MTsN 1 Model Banda Aceh. Aceh yang kaya akan seni budaya memiliki beragam tarian tradisional yang memukau, salah satunya Ratoh Jaroe yang telah mendunia sejak ditampilkan pada pembukaan Asian Games 2018.
Tari Ratoh Jaroe merupakan perpaduan dari beberapa tarian tradisional Aceh seperti Likok Pulo, Rapai Geleng, Rateb Meusekat, dan Ratoh Duek, menghasilkan gerakan yang unik dan atraktif. Sekilas, tarian ini mirip dengan Tari Saman, namun terdapat perbedaan mencolok. Ratoh Jaroe dibawakan oleh penari perempuan dengan jumlah genap, sedangkan Tari Saman lebih dominan dibawakan oleh laki-laki.
Dalam tarian ini, kekompakan dan keselarasan gerakan tangan menjadi elemen utama. Gerakan yang cepat dan tegas menjadikan tarian ini semakin menarik untuk disaksikan. Sejak tahun 2011, Tari Ratoh Jaroe telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya internasional, memperlihatkan kekayaan budaya Aceh dan Indonesia di mata dunia.
Keberadaan Tari Ratoh Jaroe di berbagai panggung internasional semakin mempertegas posisi Aceh sebagai daerah yang kaya akan budaya. Diharapkan eksistensi tarian ini dapat menarik lebih banyak wisatawan untuk mengenal lebih jauh kebudayaan Aceh serta memperkuat identitas seni tradisional Indonesia di kancah global.(Cek Man)