kabarnanggroe.com – Tradisi ‘toet apam’ terus melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Pidie, khususnya sepanjang bulan Rajab yang oleh masyarakat sering disebut sebagai “Buleun Apam” atau bulan Apam
“Toet apam” merupakan tradisi memasak dan menikmati kue yang mengakar kuat dalam budaya masyarakat Aceh “Toet apam” secara harfiah berarti “memasak apam”, umumnya dilakukan secara berkelompok oleh kaum ibu di desa-desa.
Tradisi ini juga memiliki nilai filosofis yang mendalam dan merupakan warisan leluhur yang dilestarikan secara turun-temurun, sering kali diadakan dalam acara kenduri (pesta) menjelang bulan suci Ramadan.
Kue apam ini yang mirip dengan serabi, umumnya dinikmati dengan kuah tuhe atau kuah kolak santan yang manis, berisi campuran santan, gula, dan potongan pisang, nangka, atau ubi. Bisa juga dimakan dengan kelapa parut yang telah dicampur gula.
Kue apam tradisional ini terbuat dari campuran bahan-bahan sederhana yakni tepung beras, santan kelapa, kelapa parut, air kelapa dan sedikit garam
Secara tradisional, apam dimasak menggunakan panggangan tanah liat kecil dengan bahan bakar daun kelapa kering, meskipun saat ini banyak yang beralih ke wajan aluminium dan kompor gas.
Secara ringkas, “toet apam” merupaka perayaan kuliner dan budaya yang terus hidup di Pidie, berpusat pada kue apam yang lezat dan tradisi kebersamaan dalam menyambut bulan istimewa.
Umumnya, ditampilkan pada acara seni dan budaya, seperti “Piasanraya Pidie” yang digelar Dinas Budaya dan Pariwisata Aceh bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Pidie dengan tema “Adat Ngoen Reusam Saban Tajaga, Agama Bek Leukang Seni Beumeseuraya”.
Perhelatan seni ini menjadi tontonan menarik masyarakat Pidie karena menyuguhkan berbagai penampilan seni dan budaya. Salah satunya adalah “toet apam” oleh sejumlah ibu-ibu yang dihadirkan di lapangan Alun-Alun Kota Sigli, seperti pada tahun 2023 lalu dan Piasan Raya Pidie 2025.
Nuraini, salah seorang ibu toet apam mengatakan, tradisi ini sudah menjadi tradisi dan budaya Pidie terutama di bulan rajab. “Tradisi toet apam ini perlu terus dibudayakan dan dilestarikan dan ini peninggalan endatu,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan para ibu-ibu yang ikut dalam acara ini nantinya akan dipilih oleh Kabupaten Pidie untuk dibawa dalam ajang Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) di Banda Aceh bulan juni nanti.
“Jadi dari beberapa grup yang tergabung toet apam ini nantinya akan dipilih Pemerintah Pidie untuk dibawa Ke PKA pada bulan 8,”lanjutnya. Setelah acara toet apam berlangsung, para pengunjung yang memadati lapangan Alun-Alun Sigli ini bebas memakan hasil olahan apam secara gratis.(Adv)
