Harga Kelapa Peras di Banda Aceh dan Aceh Besar Capai Rp 8 Ribu

Maskur, seorang pedagang kelapa, sedang memperbaiki mesin kukur kelapa miliknya, di Pasar Induk Lambaro Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Selasa (05/11/2024). FOTO/ILHAM RAMADANI

Kabarnanggroe.com, Kota Jantho – Harga kelapa peras di pasar tradisional kota Banda Aceh dan Aceh Besar, kini mencapai Rp 7 ribu sampai Rp 8 ribu per buah. Kenaikan ini cukup signifikan dibandingkan harga jual sebelumnya berkisar Rp 5 ribu sampai Rp 6 ribu per buah.

Sedangkan harga kelapa tua yang masih utuh tanpa diparut dan diperas santannya dijual dengan harga Rp 6 per buah. Harga ini mengalami kenaikan sebesar Rp 2 ribu dibandingkan sebelumnya berkisar Rp 4 ribu per buah.

Maskur, seorang pedagang kelapa di Pasar Induk Lambaro mengatakan, sejak memasuki bulan Maulid pada 16 September lalu, harga kelapa tua sudah mulai naik. “Harga kelapa tua sekarang saya jual Rp 6 ribu per buah dari harga 4 ribu per buah dulunya,” katanya di Pasar Induk Lambaro Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Selasa (05/11/2024).

Menurutnya, kelapa tua yang banyak digunakan dalam masakan dengan memanfaatkan santan dari hasil perasan dagingnya, sehingga menambah rasa nikmat dalam masakan.

“Kelapa parut sekaligus dengan diperas di tempat kami jual Rp 7 ribu per buah, sedangkan untuk di tempat lain mungkin bisa mencapai Rp 8 ribu per buah, ini karena kami ingin menjaga kepuasan pelanggan, makanya saya jual Rp 7 ribu per buah,” jelasnya.

Maskur sedang mengukur kelapa dan kemudian memerasnya untuk menghasilkan santan, di Pasar Induk Lambaro, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Selasa (05/11/2024). FOTO/ILHAM RAMADANI

Adapun, buah kelapa tua untuk area Aceh Besar dan Banda Aceh banyak dipasok dari luar daerah, seperti Sigli dan Bireuen. Namun bisa jadi mereka sekarang lebih berminat mengirim kelapa tua ke Medan. Karena sistem penampungan di Medan menggunakan hitungan per kilogram, sehingga kelapa-kelapa kecil tetap dihitung dengan harga yang sama.

“Berbeda dengan sistem penampungan di sini, karena jika kita ambil dengan hitungan per kilogram tentu pedagang rugi, apalagi jika pembeli sekarang pasti memilih ukuran kelapa yang besar-besar sehingga menyisakan kelapa-kelapa kecil, karena kita belum bisa menerapkan sistem kilogram kepada pembeli,” ungkap Maskur. (Ilham Ramadani)

Exit mobile version