Film ‘Saat Luka Bicara Cinta’ Simbol Rekonsiliasi Dan Persahabatan Indonesia-Timor Leste

CEO Widyaiswara Revolusi Sejati sekaligus pelaksana produksi film "Saat Luka Bicara Cinta", Wahyuni Refi, saat menghadiri gala dinner film persahabatan Indonesia dan Timor Leste di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (5/2/2025). ANTARA/Walda Marison

Kabarnanggroe.com, Jakarta – CEO Widyaiswara Revolusi Sejati sekaligus pelaksana produksi film Saat Luka Bicara Cinta, Wahyuni Refi, mengungkapkan bahwa film ini menjadi simbol semangat rekonsiliasi dan persahabatan antara Indonesia dan Timor Leste pascakonflik berdarah yang terjadi antara tahun 1976 hingga 1999.

“Kami ingin memberikan sumbangsih kepada kedua negara untuk lebih maju dalam berbicara tentang rekonsiliasi, sekaligus mewujudkannya dalam suatu karya yang ikonik,” ujar Refi dalam acara gala dinner film persahabatan Indonesia dan Timor Leste di Jakarta Pusat, Rabu, 05/02/2025.

Film ini merupakan kolaborasi pertama antara Indonesia dan Timor Leste yang mengangkat kisah humanis di balik pertempuran berdarah antara kedua negara serumpun tersebut. Kisahnya terinspirasi dari pengalaman dua tokoh yang pernah terlibat dalam peristiwa di Timor Leste, yakni Letnan Jenderal TNI (Purn.) Doni Monardo dan Letjen (Purn.) Kiki Syahnakri. Keduanya menginisiasikan pembuatan film ini sejak 2022.

Menurut Refi, film ini tidak akan berfokus pada adegan perang atau suara tembakan semata. “Justru film ini menyajikan sudut pandang lain dari peperangan, seperti cinta, duka, trauma, dan semangat perjuangan kedua negara,” jelasnya.

Refi menambahkan bahwa film ini ingin memberikan pesan cinta kepada dunia bahwa perang dan konflik meninggalkan luka dan trauma mendalam bagi masyarakat. Selain itu, unsur budaya juga akan menjadi bagian penting dalam narasi film ini, sehingga membuat kisah yang disajikan terasa lebih humanis dan mendalam.

Dengan mengangkat elemen cinta, budaya, dan konflik, film ini ingin menunjukkan bahwa meskipun Indonesia dan Timor Leste pernah mengalami pertumpahan darah, kedua negara kini telah berlabuh pada perdamaian. “Indonesia dan Timor Leste membuktikan bahwa di antara negara-negara yang pernah berperang, mereka adalah dua negara yang paling cepat move on,” ujar Refi.

Refi juga mengungkapkan bahwa film ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah Indonesia maupun Timor Leste. Pemerintah Timor Leste bahkan memberikan dukungan besar, mengingat sebagian besar pengambilan gambar akan dilakukan di Dili, Timor Leste.

Produksi film ini dijadwalkan akan dimulai pada akhir April 2025, dengan rencana penayangan perdana pada bulan Agustus 2025. Dengan adanya film ini, Refi berharap hubungan kedua negara semakin erat dan masyarakat lebih memahami kisah lain di balik peristiwa yang terjadi di Timor Leste.

 

Exit mobile version